Artikel Terbaru
Lihat

 

MATEMATIKA TERAPAN 


Jurusan kimia 2011

Download materi ada di deskripsi Youtube kami 


Lihat
FISIKA DASAR 

 Jurusan kuliah Kimia tahun 2011. Link materi dapat dilihat di deskrisi Youtube kamu, jangan lupa SUBSCRIBE ya










 
Lihat

ALOCASIA KELADI TENGKORAL 



Bisa dilihat di Link Youtube kami 

''LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR PERKENALAN ALAT DAN BAHAN,,

Lihat

''Mekanisme Reaksi Anorganik''

Lihat





''Eludasi Struktur Senyawa Organik''

Lihat

''Dasar Reaksi Anorganik''

Lihat

''Materi Kimia Unsur''

Lihat



''Kimia Organik 1''

Lihat


Kimia Organik 1

''Materi Kimia Fisik 1''

Lihat

''Materi Kimia Dasar 2''

Lihat

''Materi Kimia Dasar''

Lihat



''Tugas KWN setelah UTS''

Lihat


  

''TUGAS TERSTRUKTUR PANCASILA DITINJAU DARI SEGI FILSAFAT''

Lihat






TUGAS TERSTRUKTUR
PANCASILA DITINJAU DARI SEGI FILSAFAT



Oleh :
Irvan Maulana Firdaus (H1A011024)
Nouval Said Alwynni (H1A011031)




DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
JURUSAN KIMIA
PURWOKERTO
2011




BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang
Dalam mempelajari filsafat Pancasila ada dua hal yang lebih dahulu kita pelajari yaitu Pancasila dan Filsafat memeplajari Pancasila melalui pendekatan sejarah supaya akan dapat mengetahui berbagai peristiwa yang terjadi dari waktu ke waktu di tanah air kita Indonesia peristiwa – peristiwa yang saya maksudkan adalah yang ada sangkut pautnya dengan Pancasila. Melalui pendekatan kami berharap untuk mendapatkan data obyektif dapat menghasilkan kesimpulan yang obyektif pula oleh karena manusia tidak mungkin menghilangkan sikap obyektif sebagai salah satu bawaan kodrat, maka kami bersyukur bila mendapatkan kesimpulan yang obyektif mungkin inter obyektif
    Sejarah Pancasila tidak dapat dipisahkan dengan sejarah bangsa Indonesia itu sendiri karena itu dalam tulisan ini kami mencoba mulai dari masa kejayaan bahwa Indonesia merdeka yang kemidian mengalami penderitaan akibat ulah kolonialisme sehingga timbul perjuangan bangsa Indonesia melawan kolonialisme tersebut kemudian bangsa Indonesia berhasil meproklamasikan kemerdekaan dan berhasil juga menjawab tanatangan tersebut serta mengisi kemerdekaannya itu dengan pembangunnan. Dalam seluruh peristiwa tersebut Pancasila mempunyai peranan penting
Mengingat hal tersebut pertama tama secara runtun kai kemukakan peristwa penyususnan dan perumusan Pancasila agar mengetahui bagaimana duduk persoalan yang sesungguhnya sehingga masing – masing mendapat nilai yang wajar dan tidak I lupakan. Di samping itu hal kedua yang kami anggap penting adalah pengamalan Pancasila. Kami mengkonstatir bahwa pengmalan Pancasila telah dilakukan pada masa – masa sebelum kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 bahkan juga sebelum masa tersebut.

  1. Rumusan Masalah
Dalam pembuatan karya tulis ini dapat penulis rumuskan sebagai berikut:
1.      Apa pengertian filsafat?
2.      Apa kegunaan filsafat?
3.      Apa fungsi filsafat?
4.      Apa pengertian pancasila?
5.      Apa saja unsur-unsur yang terkandung dalam Pancasila?
6.      Bagaimana pelaksanasan Pancasila di Indonesia?

  
BAB II
PEMBAHASAN

Istilah filsafat sudah tidak asing lagi di dengarnya. Istilah ini dipergunakan dalam berbagai konteks tapi kita harus tahu dulu apa itu filsafat dan fungsi filsafat serta kegunaan filsafat. Dengan uraian yang singkat ini saya mengharapkan agar timbul kesan pada diri kita bahwa filsafat adalah suatu yang tidak sukar dan dapat di pelajari oleh semua orang di samping itu saya menghrapkan agar kita tak beranggapan filsafat sebagai suatu hasil potensi belaka dan tidak berpijak realita dengan cara ini saya mengharapkan dapat menggunakan sebagai modal untuk memepelajari pancasila dari sudut pandang filsafat.

  1. Pengertian Filsafat
Istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani : ”philosophia”. Seiring perkembangan jaman akhirnya dikenal juga dalam berbagai bahasa, seperti : ”philosophic” dalam kebudayaan bangsa Jerman, Belanda, dan Perancis; “philosophy” dalam bahasa Inggris; “philosophia” dalam bahasa Latin; dan “falsafah” dalam bahasa Arab.
Para filsuf memberi batasan yang berbeda-beda mengenai filsafat, namun batasan yang berbeda itu tidak mendasar. Selanjutnya batasan filsafat dapat ditinjau dari dua segi yaitu secara etimologi dan secara terminologi.
 Secara etimologi, istilah filsafat berasal dari bahasa Arab, yaitu falsafah atau juga dari bahasa Yunani yaitu philosophia – philien : cinta dan sophia : kebijaksanaan. Jadi bisa dipahami bahwa filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Dan seorang filsuf adalah pencari kebijaksanaan, pecinta kebijaksanaan dalam arti hakikat.
Pengertian filsafat secara terminologi sangat beragam. Para filsuf merumuskan pengertian filsafat sesuai dengan kecenderungan pemikiran kefilsafatan yang dimilikinya. Berikut ini disajikan beberapa pengertian Filsafat menurut beberapa para ahli:
- Plato ( 428 -348 SM ) : Filsafat tidak lain dari pengetahuan tentang segala       yang ada.
- Aristoteles ( (384 – 322 SM) : Bahwa kewajiban filsafat adalah menyelidiki sebab dan asas segala benda.
- Cicero ( (106 – 43 SM ) : filsafat adalah sebagai ibu dari semua seni (the mother of all the arts)
- Johann Gotlich Fickte (1762-1814 ) : filsafat sebagai Wissenschaftslehre (ilmu dari ilmu-ilmu , yakni ilmu umum, yang jadi dasar segala ilmu. Ilmu membicarakan sesuatu bidang atau jenis kenyataan. Filsafat memperkatakan seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu mencari kebenaran dari seluruh kenyataan.
- Paul Nartorp (1854 – 1924 ) : filsafat sebagai Grunwissenschat (ilmu dasar hendak menentukan kesatuan pengetahuan manusia dengan menunjukan dasar akhir yang sama, yang memikul sekaliannya .
- Imanuel Kant ( 1724 – 1804 ) : Filsafat adalah ilmu pengetahuan yange menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang didalamnya tercakup empat persoalan.
1. Apakah yang dapat kita kerjakan ?(jawabannya metafisika )
2. Apakah yang seharusnya kita kerjakan (jawabannya Etika )
3. Sampai dimanakah harapan kita ?(jawabannya Agama )
4. Apakah yang dinamakan manusia ? (jawabannya Antropologi )
- Notonegoro: Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya dari sudut intinya yang mutlak, yang tetap tidak berubah , yang disebut hakekat.
- Driyakarya : filsafat sebagai perenungan yang sedalam-dalamnya tentang sebab-sebabnya ada dan berbuat, perenungan tentang kenyataan yang sedalam-dalamnya sampai “mengapa yang penghabisan “.
- Sidi Gazalba: Berfilsafat ialah mencari kebenaran dari kebenaran untuk kebenaran , tentang segala sesuatu yang di masalahkan, dengan berfikir radikal, sistematik dan universal.
- Harold H. Titus (1979 ): (1) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepecayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang dijunjung tinggi; (2) Filsafat adalah suatu usaha untuk memperoleh suatu pandangan keseluruhan; (3) Filsafat adalah analisis logis dari bahasa dan penjelasan tentang arti kata dan pengertian ( konsep ); Filsafat adalah kumpulan masalah yang mendapat perhatian manusia dan yang dicirikan jawabannya oleh para ahli filsafat.
- Hasbullah Bakry: Ilmu Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai Ke-Tuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana sikap manusia itu sebenarnya setelah mencapai pengetahuan itu.
- Prof. Mr.Mumahamd Yamin: Filsafat ialah pemusatan pikiran , sehingga manusia menemui kepribadiannya seraya didalam kepribadiannya itu dialamiya kesungguhan.
- Prof.Dr.Ismaun, M.Pd. : Filsafat ialah usaha pemikiran dan renungan manusia dengan akal dan qalbunya secara sungguh-sungguh , yakni secara kritis sistematis, fundamentalis, universal, integral dan radikal untuk mencapai dan menemukan kebenaran yang hakiki (pengetahuan, dan kearifan atau kebenaran yang sejati.
- Bertrand Russel: Filsafat adalah sesuatu yang berada di tengah-tengah antara teologi dan sains. Sebagaimana teologi , filsafat berisikan pemikiran-pemikiran mengenai masalah-masalah yang pengetahuan definitif tentangnya, sampai sebegitu jauh, tidak bisa dipastikan;namun, seperti sains, filsafat lebih menarik perhatian akal manusia daripada otoritas tradisi maupun otoritas wahyu.
Dari semua pengertian filsafat secara terminologis di atas, dapat ditegaskan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan memikirkan segala sesuatunya secara mendalam dan sungguh-sungguh, serta radikal sehingga mencapai hakikat segala situasi tersebut.

  1. Kegunaan Filsafat
Berdasarkan atas uraian diatas, filsafat mempunyai kegunaan sebagai berikut:
a. Melatih diri untuk berfkir kritik dan runtuk dan menyusun hasil pikiran tersebut secara sistematik.
b. Menambah pandangan dan cakrawala yang lebih luas agar tidak berfikir dan bersifat sempit dan tertutup.
c. Melatih diri melakukan peneltian, pengkajian dan memutuskan atau mengabil kesipulan mengenai suatu hal secara mendalam dan komprehensif.
d. Menjadikan diri bersifat dinamik dan terbuka dalam menghadapi berbagai problem.
e. Membuat diri menjadi manusia yang penuh toleransi dan tenggang rasa.
f. Menjadi alat yang berguna bagi manusia baik untuk kepentngan prbadinya maupun dalam hubungan dengan orang lain.
g. Menyadari akan kedudukan manusia baik sebagai pribadi maupun hubungan dengan orang lain alam sekitar dan Tuhan Yang Maha Esa.
  
  1. Fungsi Filsafat
Berdasarkan sejara kelahirannya filsafat mula-mula berfungsi sebagai induk atau ibu ilmu pengetahuan. Pada waktu itu belum ada ilmu pengetahuan lain sehingga filsafat harus menjawab segala macam hal, soal manusia filsafat yang membicarakannya, demikian pula soal masyarakat, soal ekonomi, soal negara, soal kesehatan dan sebagainya.
Kemudian karena berkembang keadaan dari masyarakat banyak problem yang tidak dapat dijawab lagim oleh filsafat. Lahirnya ilmu pengetahuan sanggup memberikan jawaban terhadap problem-problem tersebut, misalnya ilmu pengetahuan alam, Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan Ilmu Pengetahuan Kedokteran, Ilmu Pengetahuan Manusia, Pengetahuan Ekonomi dan lain-lain. Ilmu pengetahuan tersebut lalu berpecah-pecah lagi menjadi lebih khusus. Demikianlah lahirnya berbagai disiplin ilmu yang sangat banyak dengan kekhususannya masin-masing.
Spesialisasi terjadi sedemikian rupa sehingga hubungan antara cabang dan ranting ilmu pengetahuan sangat kompleks. Hubungan-hubungan tersebut ada yang masih dekat tetapi ada pula yang telah jauh. Bahkan ada yang seolah-oleh tidak mempunyai hubungan. Jika ilmu-ilmu pengetahuan tersebutterus bersusaha memperdalam dirinya akhirnya sampai juga pada filsafat. Sehubungan dengan keadaan tersebut diatas filsafat dapat berfungsi sebagai interdisipliner sistim. Filsafat dapat berfungsi menghubungkan ilmu-ilmu pengetauhuan yang telah kompleks tersebut. Filsapat dapat berfungsi sebagai tempat bertemunya berbagai disiplin ilmu pengetahuan.
Cara ini dapat pula di gunakan untuk menyelesaikan masalah yang ada. Cara ini dapat saya gambarkan sepertiorang sedang meneliti sebuah pohon wajib meneliti ke seluruh pohon tersebut, ia tidak hanya meperhatikan daunnya, pohonnnya akarnya, bunganya, buahnya dan sebagian lagi, akan tetapi keseluruhannya dalam menghadapi suatu masalah diharapkan menggunakan berbaga disiplin untuk mengatasinya. Misalnya ada problem sosial tentang kenaikan tngkat kejahatan. Hal ini belum dapat di selesaikan dengan tuntas jika hanya menghukum para pelangarnya saja. Di samping itu perlu di cari sebab pokok. Langkah ini mungkin dapat menemukan berbagai sebab yang saling berkaiatan satu sama lain, misalnya adanya tuna karya, tuna wisma, urbanisasi, kelenbihan penduduk, kurangnya lapangan kerja dan sebagainya. Dari penemuan ini dapat kita ketahui bahwa masalah kejahatan menyangkut berbagai disiplin. Oleh karena itu untuk mengatasi hal tersebut harus dilakukan pula oleh berbagai disiplin

  1. Pengertian Pancasila
Arti Pancasila berasal dari bahasa sansekerta India (kasta brahmana). sedangkan menurut Muh Yamin, dalam bahasa sansekerta , memiliki dua macam arti secara leksikal yaitu : panca : yang artinya lima, syila : vokal i pendek, yang artinya batu sendi, alas. Syiila vokal i panjang artinya peraturan tingkah laku yang baik atau penting.
kata kata tersebut kemudian dalam bahasa indonesia terutama bahasa jawa diartikan “susila” yang memiliki hubungan dengan moralitas. oleh karena itu secara etimologi kata “pancasila” yang dimaksud adalah istilah “pancasyila” dengan vokal i yang memiliki makna leksikal “berbatu sendi lima” atau secara harfiah “dasar yang memiliki lima unsur”. adapun istilah “pancasyiila” dengan huruf Dewanagari i bermakna “lima aturan tingkah laku yang penting”.
Perkataan pancasila mula-mula terdapat dalam perpustakaan Budha India. ajaran budha bersumber pada kitab suci Tri Pitaka dan Vinaya pitaka, yang kesemuanya itu merupakan ajaran moral untuk mencapai surga. ajaran pancasila menurut Budha adalah merupakan lima aturan (larangan) atau five moral principles, yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh para penganutnya. adapun isi lengkap larangan itu adalah :
Panatipada veramani sikhapadam samadiyani, artinya “jangan mencabut nyawa makhlum hidup” atau dilarang membunuh.
Dinna dana veramani shikapadam samadiyani, artinya “jangan mengambil barang yang tidak diberikan.” maksudnya dilarang mencuri.
Kameshu micchacara veramani shikapadam samadiyani, artinya jangan berbuat zina. Musawada veramani shikapadam samadiyani, artinya jangan berkata bohong atau dilarang berdusta. Sura merayu masjja pamada tikana veramani, artinya janganlah minum-minuman yang memabukkan.
 Nilai nilai pancasila secara intrinsik bersifat filosofis, dan di dalam kehidupan masyarakat indonesia nilai pancasila secara praktis merupakan filsafat hidup (pandangan hidup). nilai dan fungsi filsafat pancasila telah ada jauh sebelumindonesia merdeka. hal ini dibuktikan dengan sejarah majapahit (1293). pada waktu itu hindu dan budha hidup berdampingan dengan damai dalam satu kerajaan. Empu prapanca menulis “negara kertagama” (1365). Dalam kitab tersebut telah terdapat istilah “pancasila”.
Empu tantular yang mengarang buku “sutasoma” yang di dalamnya memuat seloka yang berbunyi : “Bhineka Tunggal ika tan Hana Dharma Mangrua”, artinya walaupun berbeda namun satu jua adanya, sebab ada tidak agama yang memiliki Tuhan yang berbeda. Hal ini menunjukkan adanya realitas kehidupan agama pada saat itu, yaitu agama Hindu dan Budha. bahkan salah satu kerajaan yang menjadi kekuasaannya yaitu pasai jutru telah memeluk agama islam.
Sumpah palapa yang diucapkan Mahapatih Gadjah mada dalam sidang ratu dan para menteri di pasebahan keprabuan Majapahit pada tahun 1331, yang berisi cita-cita mempersatukan seluruh nusantara raya sebagai berikut : “Saya baru akan berhenti berpuasa makan palapa, jikalau seluruh nusantara bertakhluk di bawah kekuasaan negara, jikalau gurun, seram, tanjungpura, Haru, pahang, Dempo, Bali, Sunda, palembang, tumasik telah dikalahkan” (Yamin ; 1960:60).
 Dalam kehidupan bangsa indonesia diakui bahwa nilai pancasila adalah pandangan hidup (filsafat hidup) yang berkembang dalam sosio-budaya Indonesia. nilai pancasila dianggap sebagai nilai dasar dan puncak (sari-sari) budaya bangsa, karenanya nilai ini diyakini sebagai jiwa dan kepribadian bangsa.
Sebagai ajaran filsafat, pancasila mencerminkan nilai dan pandangan mendasar dan hakiki rakyat indonesia dalam hubungannya dengan sumber kesemestaan, yakni Tuhan Yang Maha Esa sebagai asas fundamental dalam kesemestaan yang kemudian juga dijadikan fundamental kenegaraan yaitu negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa. demikian pula asas kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuanindonesia dan seterusnya dimana nilai nilai tersebut secara bulat dan utuh mencerminkan asa kekeluargaan, cinta sesama dan cinta keadilan.
berdasarkan asa-asa fundamental ini, maka disarikan pokok-pokok ajaran filsafat pancasila menurut Lapasila IKIP Malang (yang saat ini menjadi Universitas Malang) sebagai berikut:
1. Tuhan Yang Maha Esa
2. Budinurani manusia
3. Kebenaran
4. Kebenaran dan keadilan
5. Kebenaran dan keadilan bagi bangsa Indonesia.
 Dalam perkembangan selanjutnya pancasila tetap tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang susunan sila-silanya sebagai berikut:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4.Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat kebijaksanaan dalam      permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia

  1. Unsur-unsur Pancasila
Jika pejuang bangsa Indonesia itu kita teliti dengan seksama maka unsur – unsur Pancasila merupakan semangat dan jiwa perjuangan tersebut diantaranya:
a. Unsur Ketuhanan. Pada hakikatnya penjajahan bertentangan dengan ajaran tuhan. Karena penjaahan tidak mengenal cinta kash dan sayang sebagai mana di ajarkan oleh tuhan. Oleh karena itu perlawanan terhadap kolonialisme ada yang di dorong oleh keyakinan melaksanakan tugas – tugas agama.
b. Unsur Kemanusiaan. Penjajahan tidak mengenal peri kemanusiaan. Penjajahan pada hakikatnya adalah hendak menemukan kembali nilai – nilai kemanusiaan yang telah di hancurkan oleh penjajah.
c. Unsur Persatuan. Di dalam kenyataan memang bangsa Indonesia I pecah- pecah oleh penjajah. Meskipun demikian bangsa Indonesia menyadari bahwa perpecahan akan mengakibatkan keruntuhan sebagaimana semboyan yang berbunyi bersatu kita teguh bercerai kita runtuh. Oleh karena itu bagaimanpun juga persatuan sebagai senjata ampuh tidak hancur sama sekali.
d. Unsur Kerakyatan. Kemerdekaan adalah hak segala bangsa penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesua denga peri peri keadilan penjajahan bertentangan dengan kemerdekaan dan kebebasan.
e. Unsur Keadilan. Di atas sudah di sebutkan bahwa penjajahan tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan. Hal ini terbukti pada pengalaman bangsa Indonesia yang selama I jaah tidak pernah di perlakukan adil. Apalagi untuk mendapatkan pendidikan sebagaimana mestinya sangat di persukar.

  1. Pelaksanaan Pancasila
Pancasila yang unsur – unsurnya di gali dari bangsa Indonesia sendiri kemudian di terima bulat oleh bangsa Indonesia menjadi Dasar Filsafat Negara Republik Indonesia harus di laksanakan
Pelaksanaan Pancasila ada dua macam yaitu:
 a. Pelaksanaan Obyektif
Pelaksanaan obyektif adalah pelaksanaan Pancasila di dalam semua peraturan dari yang tertinggi sampai terendah yaitu Undang - Undang Dasar 1945 dan peraturan –peraturan hukum yang ada di bawahnya. Seluruh kehidupan kenegaraan dan kemasyarakatan serta segala tertib hokum di Indonesia harus di dasarkan atas Pancasila.
b. Pelaksanaan Subyektif
Pelaksanaan subyektif adalah pelaksanaan di dalam diri setiap orang Indonesia yaitu penguasa, warga negara dan setiap orang yang berhubungan dengan Indonesia.
  
BAB III
PENUTUP

  1. Kesimpulan
Setelah menguraikan masalah dalam setiap babnya dapat diambil kesimpulan bahwa unsur – unsur Pancasila memang telah di miliki dan di jalankan oleh bangsa Indonesia sejak dahulu. Oleh karena bukti – bukti sejarah sangat beraneka ragam wujudnya maka perlu diadakan analisa yang seksama. Karena bukti – bukti sejarah sebagian ada yang berupa symbol maka diperlukan analisa yang teliti dan tekun berbagai bahan – bahan bukti itu dapat diabstaksikan sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil – hasil yang memadai. Melalui cara – cara tersebut hasilnya dapat bersifat kritik dan tentu saja ada kemungkinan yang bersifat spekulatif. Demikian pula ada unsur – unsur yang di suatu daerah lebih menonjol dari daerah lain misalnya tampak pada perjuangan bangsa Indonesia dengan peralatan yang sederhana serta tampak pada bangunan dan tulisan dan perbuatan yang ada.
Contoh – contoh yang saya tulis diatas, merupakan sebagian bukti atas perjuangan bangsa Indonesia sebagai sejarah bukti – bukti atas peninggalan zaman dahulu misalnya arti dari tiap – tiap bangunan isi dan dan setiap buku tulisan serta lukisan makna dari pembuatan yang ada dengan mengemukakan contoh – contoh ini saya mengharapkan dapat menimbulkan rangsangan untuk elakukan penelitian yang seksama terutama dalam rangka mempelajari filsafat Pancasila dalam tulisan ini setidak – tidaknya saya dapat menyatakan bahwa unsur – unsur Pancasila berasal dari bangsa Indonesia sendiri dan bukan jiplakan dari luar. Unsur – unsur itu telah ada sebelum tanggal 17 Agustus 1945, bahkan sebelum datangnya kau penjajah dan pernah berfungsi secara sempurna.

  1. Saran
Dalam makalah ini penulis berkeinginan memberikan saran kepada pembaca. Dalam pembuatan makalah ini penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan – kekurangan baik dari bentuk maupun isinya:
- Penulis menyarankan kepada pembaca agar ikut peduli dalam      mengetahui sejauh mana pembaca mempelajari tentang filsafat Pancasila.
- Semoga dengan makalah ini para pembaca dapat menambah cakrawala ilmu pengetahuan.

DAFTAR PUSTAKA

Notosoetarjo, Achmad. 1962. Kepribadian Revolusi Bangsa Indonesia.
Notonagoro. Pancasila Dasar Filsafat Negara RI I.II.III.
Russel, Betrand. 2002. Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya dengan kondisi sosio-politik dari zaman kuno hingga sekarang (alih Bahasa Sigit jatmiko, dkk ). Pustaka Pelajar:Yogyakarta.
Saleh, K.Wantjik. 1978. Kitab Kumpulan Peraturan Perundang RI. PT. Gramedia: Jakarta.
Soediman Kartohadiprojo. 1970. Beberapa Pikiran Sekitar Pancasila. Bandung Alumni.

Sudrajat, Akhmad. 2008. Pengertian Pancasila. Diakses tanggal 29 Oktober 2010.

''Materi Biologi Semeter 2 Jurusan Kimia UNSOED''

Lihat




Materi Biologi Semeter 2 Jurusan Kimia UNSOED

Nantikan slide materi berikutnya :D

'' BAGIAN - BAGIAN MIKROSKOP''

Lihat




BAGIAN - BAGIAN MIKROSKOP

LENSA OKULER, yaitu lensa yang dekat dengan mata pengamat lensa ini berfungsi untuk membentuk bayangan maya, tegak, dan diperbesar dari lensa objektif

LENSA OBJEKTIF, lensa ini berada dekat pada objek yang di amati, lensa ini  membentuk bayangan nyata, terbalik, di perbesar. Di mana lensa ini di atur oleh revolver untuk menentukan perbesaran lensa objektif.

TABUNG MIKROSKOP (TUBUS), tabung ini berfungsi untuk mengatur fokus dan menghubungan lensa objektif dengan lensa okuler.

MAKROMETER (PEMUTAR KASAR), makrometer berfungsi untuk menaik turunkan tabung mikroskop secara cepat.

MIKROMETER (PEMUTAR HALUS), pengatur ini berfungsi untuk menaikkan dan menurunkan mikroskop secara lambat, dan bentuknya lebih kecil daripada makrometer.

REVOLVER, revolver berfungsi untuk mengatur perbesaran lensa objektif dengan cara memutarnya.

REFLEKTOR, terdiri dari dua jenis cermin yaitu cermin datar dan cermin cekung. Reflektor ini berfungsi untuk memantulkan cahaya dari cermin ke meja objek melalui lubang yang terdapat di meja objek dan menuju mata pengamat. Cermin datar digunakan ketika cahaya yang di butuhkan terpenuhi, sedangkan jika kurang cahaya maka menggunakan cermin cekung karena berfungsi untuk mengumpulkan cahaya.

DIAFRAGMA, berfungsi untuk mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk.

KONDENSOR, kondensor berfungsi untuk mengumpulkan cahaya yang masuk, alat ini dapat putar dan di naik turunkan.

MEJA MIKROSKOP, berfungsi sebagai tempat meletakkan objek yang akan di amati.

PENJEPIT KACA, penjepit ini berfungsi untuk menjepit kaca yang melapisi objek agar tidak mudah bergeser.

LENGAN MIKROSKOP, berfungsi sebagai pegangang pada mikroskop.

KAKI MIKROSKOP, berfungsi untuk menyangga atau menopang mikroskop.

SENDI INKLINASI (PENGATUR SUDUT), untuk mengatur sudut atau tegaknya mikroskop.


''Tugas Biologi UNSOED Pak Bambang''

Lihat




''PKM GT : SITOGA (Komposit Kitosan-Tembaga)''

Lihat








USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
SITOGA (Komposit Kitosan-Tembaga) : Solusi Penanggulangan Limbah Batik Sokaraja Banyumas Menuju Kelestarian Lingkungan

BIDANG KEGIATAN:
PKM-GAGASAN ILMIAH


Diusulkan Oleh :

 

Lely Zikri Zulhidayah
H1A013056 (Angkatan 2013)
Irvan Maulana Firdaus
H1A011024 (Angkatan 2011)
Oto Dwi Wibowo
H1A013046 (Angkatan 2013)
Dyah Ayu Septiarini
H1A013049 (Angkatan 2013)

 

 

 

 

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2014

RINGKASAN

        

Perkembangan industri di Indonesia selain memberikan dampak positif juga memberikan dampak negatif bagi lingkungan diantaranya pencemaran air yang diakibatkan oleh zat warna limbah batik yang sulit diuraikan secara hayati. Industri batik Sokaraja merupakan industri kecil yang belum memiliki pengolahan limbah, sehingga limbah dibuang langsung ke selokan atau sungai. Karya tulis ini bertujuan untuk mengatasi permasalahan limbah batik di daerah Sokaraja Banyumas dab mengaplikasikan serta memanfaatkan zat adsorben Kitosan-Tembaga(II) dalam berbagai industri batik di daerah Sokaraja Banyumas. Kitosan merupakan salah satu resin alami yang dapat dibuat dari kulit, kepala dan kaki udang. Kitosan merupakan polimer alami yang bersifat non toksis, lebih ramah lingkungan dan mudah terdegradasi secara alami. Kitosan memiliki gugus amino (-NH2), merupakan sisi aktif yang dalam kondisi asam berair, akan menangkap H+ dari lingkungannya sehingga gugus aminonya terprotonasi menjadi –NH3+. Muatan positif –NH3+ ini dapat dimanfaatkan untuk mengadsorpsi zat warna anionik sementara adsorpsi zat warna kationik dan kation logam memanfaatkan keberadaan pasangan elektron bebas pada gugus –OH dan –NH3 yang bertindak sebagai ligan dan dapat berinteraksi dengan zat warna kationik atau kation logam melalui mekanisme pembentukan ikatan kovalen koordinasi (kompleks). Pembuatan kitosan dan turunannya dilakukan untuk meningkatkan sifatnya sehingga memperluas potensi aplikasinya. 

Metode penulisan yang diterapkan oleh penulis dalam gagasan tertulis ini adalah metode penalaran, kemudian merujuk pada hasil penelitian, referensi berbagai literatur dan mengidentifikasi dari berbagai sumber data serta informasi dari internet. Langkah – langkah yang digunakan untuk mengimplementasikan gagasan SITOGA yaitu : pengumpulan bahan, pengambilan sampel limbah batik Sokaraja Banyumas, sintesis kitosan dari kulit udang, mofidikasi kitosan menjadi Kitosan-Tembaga(II) dan pengujian keefektifannya dalam mengadsorpsi zat warna, sosialisasi kepada berbagai industri batik di daerah Sokaraja Banyumas melalui LPPM UNSOED, bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas dalam pembuatan komposit Kitosan-Tembaga(II) serta pembuatan alat dalam skala besar. Gagasan SITOGA merupakan alternatif yang baik karena kitosan yang dimodifikasi memiliki kemampuan adsopsi terhadap zat warna. Selain itu modifikasi turunan kitosan dengan logam dapat meningkatkan sifatnya sehingga dapat memperluas potensi aplikasinya sebagai adsorben.

  

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perkembangan industri di Indonesia banyak memberikan dampak bagi kehidupan baik dampak positif maupun negatif. Dampak negatif perkembangan industri salah satunya adalah pencemaran air akibat limbah zat warna. Zat warna banyak digunakan pada industri pakaian, kertas, plastik, kulit, makanan, dan kosmetik untuk menghasilkan produk yang berwarna. Zat warna biasanya memiliki struktur molekul kompleks aromatik yang membuatnya lebih stabil sehingga sulit untuk diurai secara hayati (Christina et al., 2007). Zat warna yang digunakan pada proses pewarnaan kain pada industri batik merupakan salah satu pencemar organik yang bersifat non-biodegradable. Zat warna seperti metilen biru, Rhodamin B, dan metil jingga sering digunakan pada proses produksi baik karena harganya ekonomis dan mudah diperoleh. Penggunaan zat-zat warna tersebut dapat menimbulkan beberapa efek, seperti iritasi saluran pencernaan jika tertelan, menimbulkan sianosis jika terhirup, dan iritasi pada kulit jika tersentuh oleh kulit (Hamdaoui et al.2006). Pada tahun 2009, tercatat terdapat 25 unit usaha pembatikan di Sokaraja, kabupaten Banyumas dengan kapasitas produksi sebesar 59.904  per tahun (SIPD Kab. Banyumas, 2010). Industri batik di Sokaraja kebanyakan merupakan industri kecil dan industri  rumah tangga yang belum memiliki pengolahan limbah sehingga air limbah hasil pembatikan langsung di buang ke selokan ataupun sungai. Berdasarkan penelitian oleh BALITBANG Provinsi Jateng (2007), diperoleh data limbah batik Sokaraja mengandung 0,344 ppm zat warna Rhodamin B sedangkan dalam Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 dinyatakan kandungan zat warna memiliki ambang batas yaitu masing-masing 0,1 ppm. Limbah batik yang langsung dibuang ke perairan dapat mencemari air sumur sehingga air yang digunakan menjadi tidak layak pakai karena keruh, berwarna serta berbau. Oleh karena itu, diperlukan penanganan yang serius untuk mengatasi masalah pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh zat warna.
Metode pengolahan limbah yang bisa digunakan adalah metode adsorpsi. Metode adsorpsi diketahui lebih sederhana dan mudah digunakan serta lebih murah dibandingkan dengan proses fisika dan kimia yang lainnya. Teknik adsorpsi telah digunakan secara efektif untuk menghilangkan polutan logam dan zat warna pada limbah (Li et al., 2011). Zat adsorpsi yang digunakan adalah Kitosan–Tembaga(II). Hal ini dikarenakan modifikasi kimia kitosan dan turunannya  meningkatkan sifat adsorpsi dan memperluas potensi aplikasinya (Li et al., 2011). Berbagai penelitian telah dilakukan mengenai pembuatan komposit kitosan dan turunannya dalam berbagai aplikasi, contohnya penggunaan Kitosan-Kobalt(II) dan Kitosan-Nikel(II) sebagai antibakteri. Hasilnya semua khelat kitosan-logam menunjukan spektrum yang luas dari efektif aktivitas antibakteri yang lebih baik daripada kitosan bebas dan ion logam individu (Adewuyi et al., 2011). Berdasarkan uraian tersebut, gagasan tentang pembuatan komposit Kitosan-Tembaga(II) dan aplikasinya untuk adsorpsi zat warna perlu diterapkan untuk menanggulangi permasalahan limbah batik Sokaraja Banyumas.
Tujuan
1.    Mengatasi  permasalahan limbah batik di daerah Sokaraja Banyumas.
2.    Mengaplikasikan serta memanfaatkan zat adsorben Kitosan-Tembaga(II) dalam berbagai industri batik di daerah Sokaraja Banyumas.

Manfaat

Manfaat penelitian ini yaitu memberikan solusi pengolahan limbah cair industri batik untuk mengurangi pencemaran lingkungan dengan cara adsorpsi zat warna.

GAGASAN


Kondisi kekinian pencetus gagasan

   Salah satu sungai yang berada di kota Banyumas telah diteliti dan hasilnya tergolong kelas D atau kategori tercemar berat akibat limbah cair industri batik. Parameter fisik-kimiawi air yang melebihi baku mutu lingkungan adalah TSS 51,4-56,6 mg/l, BOD4,6-9,3 mg/l, COD 70,3-102 mg/l, DO 1,8-2,26 mg/l, Krom(VI) 0.06-01 mg/l, dan belerang sebagai H2S 0,1-0,12 mg/l. Analisis hewan makrobentos menunjukkan penurunan jumlah spesies yaitu 20 jenis di stasiun 1, 19 jenis di stasiun 2, 15 jenis di stasiun 3 dan 14 jenis di stasiun 4, tetapi kepadatan makrobenthos di setiap stasiun semakin meningkat. Kepadatan makrobenthos seperti Tubifex sp. dan Pleurocera acuta meningkat sesuai dengan peningkatan kadar BOD dan penurunan kadar DO, serta persepsi masyarakat yang membiarkan perairan kali menjadi tercemar menyebabkan keanekaragaman makrobenthos menurun (Rahayu, 2012).
          Limbah batik Sokaraja mengandung 0,344 ppm zat warna Rhodamin B (Riyani, 2007). Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 dinyatakan kandungan zat warna memiliki ambang batas yaitu masing-masing 0,1 ppm. Berdasarkan data diatas, kadar Rhodamin B yang melebihi ambang batas akan sangat berpengaruh terhadap lingkungan serta kualitas air dikarenakan limbah cair industri batik Sokaraja langsung dibuang ke perairan tanpa diolah terlebih dahulu.

Solusi yang pernah ditawarkan atau diterapkan sebelumnya untuk memperbaiki keadaan pencetus gagasan

            Solusi yang pernah ditawarkan sebelumnya adalah pengolahan limbah cair baik secara biologi, kimia, fisika, maupun kombinasi antara ketiga proses tersebut. Beberapa penelitian penghilangan warna yang ada dalam limbah cair industri batik telah banyak dilakukan, misalnya dengan cara kimia antara lain degradasi warna dengan reaksi oksidasi, reaksi anaerob dan reaksi fotokatalisis. Secara fisika dengan koagulasi, sedimentasi, adsorpsi menggunakan karbon aktif, silika dan biomaterial. Cara pengolahan limbah dengan cara koagulasi, sedimentasi memiliki efisiensi yang baik dalam pengolahan limbah tetapi juga menimbulkan limbah baru, yaitu flok/ koagulan yang tidak dapat digunakan lagi. Penggunaan karbon aktif untuk menghilangkan warna juga memerlukan biaya yang cukup tinggi karena harga karbon aktif relatif mahal. Penggunaan reaksi fotokatalisis membutuhkan biaya yang cukup tinggi karena harga reagen fotokatalisis seperti TiO2 cukup mahal, selain itu diperlukan perlakuan lebih lanjut terhadap TiO2 setelah proses dekolorisasi zat warna selesai. Pengolahan limbah cair dengan menggunakan proses biologi juga banyak diterapkan untuk mereduksi zat warna limbah cair industri batik. Namun efisiensi penghilangan warna melalui proses biologi ini seringkali tidak memuaskan, karena zat warna mempunyai sifat tahan terhadap degradasi biologi (recalcitrance). Untuk mengatasi masalah di atas diperlukan alternatif baru untuk mengolah limbah cair indutri batik yang efektif dan efisien dalam menurunkan polutan organik dan zat warna.

Seberapa jauh kondisi kekinian pencetus gagasan dapat diperbaiki melalui gagasan yang diajukan

                Masalah yang ditimbulkan dari limbah batik perlu adanya penanganan yang serius. Zat warna dalam limbah batik dapat diatasi dengan komposit Kitosan-Tembaga(II) sebagai senyawa adsorpsi zat warna limbah batik Sokaraja. Kitosan merupakan produk turunan dari polimer kitin yakni produk samping limbah dari pengolahan industri perikanan, khususnya udang, kepiting dan rajungan. Kitosan mempunyai sifat biodegradable yaitu mudah terurai secara hayati, tidak beracun, dapat larut dalam larutan asam organik encer tetapi tidak larut dalam air, larutan alkali pada pH di atas 6,5 dan pelarut organik lainnya. Limbah udang memiliki potensi yang besar untuk diolah menjadi kitosan karena ketersediaan limbah udang sebagai bahan baku cukup besar dan mudah diperoleh (Widodo, 2006). Karena limbah udang tidak dipergunakan, maka limbah udang bisa dimanfaatkan untuk menjadi kitosan dan dimodifikasi dengan Tembaga untuk meningkatkan daya adsorpsinya. Adsopsi dengan bahan dasar limbah kulit udang akan jauh lebih murah dan efisien.
Kitosan memiliki gugus amino (-NH2), merupakan sisi aktif yang dalam kondisi asam berair, akan menangkap H+ dari lingkungannya sehingga gugus aminonya terprotonasi menjadi –NH3+. Muatan positif –NH3+ ini dapat dimanfaatkan untuk mengadsorpsi zat warna anionik sementara adsorpsi zat warna kationik dan kation logam memanfaatkan keberadaan pasangan elektron bebas pada gugus –OH dan –NH3 yang bertindak sebagai ligan dan dapat berinteraksi dengan zat warna kationik atau kation logam melalui mekanisme pembentukan ikatan kovalen koordinasi (kompleks) (Sugita et al., 2009). Kitosan mempunyai kemampuan adsorpsi yang lebih tinggi untuk adsorpsi pewarna daripada karbon aktif. Kitosan menjadi salah satu adsorben yang paling populer untuk menghilangkan ion logam dan pewarna serta secara luas digunakan dalam aplikasi pengolahan air limbah. Gugus para amino (-NH2) dan hidroksi (-OH) pada rantai kitosan dapat berfungsi sebagai sisi koordinasi dan sisi reaksi (Li et al., 2011).
Modifikasi kimia terhadap kitosan dan turunannya dilakukan untuk meningkatkan sifatnya sehingga memperluas potensi aplikasinya. Dalam gagasan ini “SITOGA (Komposit Kitosan-Tembaga) : Solusi Penanggulangan Limbah Batik Sokaraja Banyumas Menuju Kelestarian Lingkungan” diharapkan mampu mengurangi kadar zat warna dalam limbah cair hasil dari industri batik Sokaraja Banyumas.

Pihak-pihak yang dipertimbangkan dapat membantu mengimplementasikan gagasan dan uraian peran atau kontribusi masing-masingnya

          Dalam hal ini, pihak yang bersangkutan untuk menerapkan program ini antara lain Laboratorium Kimia Jurusan MIPA Fakultas Sains dan Teknik Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) sebagai tempat dilakukannya penelitian, Laboratorium Riset Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED).
          Dalam proses penyediaan bahan baku yaitu kitosan, Tembaga(II) dan bahan kimia lainnya, untuk Tembaga(II) dan bahan kimia lainnya kami akan terjun langsung dengan penjual bahan-bahan kimia yang terdaftar di daerah Purwokerto, sedangkan untuk penyediaan kitin sebagai bahan baku pembuatan kitosan kami akan bekerja sama dengan nelayan yang berada di daerah pantai Cilacap, Jawa Tengah. Kitin yang akan kami gunakan adalah yang berasal dari limbah kulit udang jerbung, maka dari itu kami akan bekerja sama dengan nelayan yang berada di daerah pantai Cilacap, Jawa Tengah karena kabupaten Cilacap merupakan salah satu sentra perikanan di Indonesia dengan produksi perikanan yang utama salah satunya adalah udang, dengan hasil tangkapan mayoritas adalah udang Penaidae. Sumberdaya udang Penaidae di perairan Cilacap sebagian besar merupakan jenis udang jerbung (Penaeus merguensis) dan udang dogol (Metapenaeus enevouri dan Metapenaeus ensis) (Pangesti, 2011). Adapun mengenai sampel limbah batik Sokaraja akan diperoleh langsung dari pusat pembatikan di Sokaraja, Banyumas. LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat) UNSOED yang berfungsi untuk mengembangkan dan mensosialisasikan adsorben “SITOGA (Komposit Kitosan-Tembaga) : Solusi Penanggulangan Limbah Batik Sokaraja Banyumas Menuju Kelestarian Lingkungan” kepada industri batik Sokaraja Banyumas. Terakhir adalah industri batik di daerah Sokaraja Banyumas sebagai wadah mengaplikasikan gagasan “SITOGA (Komposit Kitosan-Tembaga) : Solusi Penanggulangan Limbah Batik Sokaraja Banyumas Menuju Kelestarian Lingkungan.

Langkah-langkah strategis yang harus dilakukan untuk mengimplementasikan gagasan sehingga tujuan atau perbaikan yang diharapkan dapat tercapai

          Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengimplementasikan gagasan yaitu: pengumpulan bahan, pengambilan sampel limbah batih Sokaraja, sintesis kitosan dari kulit udang, mofidikasi kitosan menjadi Kitosan-Tembaga(II) dan pengujian keefektifannya dalam mengadsorpsi zat warna. Langkah pengumpulan bahan dan pengambilan sampel limbah batik Sokaraja telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Setelah kitosan dimofidikasi menjadi Kitosan-Tembaga(II), kami dapat mensosialisasikan  gagasan SITOGA (Komposit Kitosan-Tembaga) : Solusi Penanggulangan Limbah Batik Sokaraja Banyumas Menuju Kelestarian Lingkungan kepada berbagai industri batik di daerah Sokaraja Banyumas melalui LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat) UNSOED kemudian bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas dalam pembuatan komposit Kitosan-Tembaga(II) serta pembuatan alat dalam skala besar agar kemudian dapat diaplikasikan ke industri-industri batik Sokaraja Banyumas untuk dimanfaatkan sebagai pengadsorpsi zat warna pada limbah batik yang mereka buang.

KESIMPULAN


Melihat angka ketergantungan masyarakat Sokaraja Banyumas akan industri batik sebagai peningkatan perekonomian masyarakat, kami mengajukan gagasan tertulis tentang komposit Kitosan-Tembaga(II) sebagai adsorben zat warna dalam limbah batik Sokaraja Banyumas. Adapun pertimbangan kami memilih bahan dasar tersebut yaitu kitosan telah dikonfirmasi memiliki kemampuan adsorpsi terhadap zat warna serta modifikasinya meningkatkan potensi aplikasinya.
Teknik implementasi yang dilakukan dalam program ini pengumpulan bahan, pengambilan sampel limbah batik Sokaraja Banyumas, sintesis kitosan dari kulit udang, mofidikasi kitosan menjadi Kitosan-Tembaga(II) dan pengujian keefektifannya dalam mengadsorpsi zat warna, sosialisasi kepada berbagai industri batik di daerah Sokaraja Banyumas melalui LPPM UNSOED, bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas dalam pembuatan komposit Kitosan-Tembaga(II) serta pembuatan alat dalam skala besar. Prediksi hasil dari gagasan ini adalah memberikan dampak positif terhadap lingkungan di daerah yang tercemar limbah batik dan dapat menjadi pelopor dalam penanganan limbah batik bagi industri batik Sokaraja Banyumas, serta dapat memberi alternatif terbaik dalam menangani permasalahan limbah batik Sokaraja, Banyumas sehingga mengurangi pencemaran lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA


AdewuyiS., K. T. Kareem, A. O. Atayese, S. A. Amolegbe, dan C. A. Akinremi. 2011. Chitosan-Cobalt(II) and Nickel(II) Chelates as Antibacterial AgentsInternational Journal of Biological Macromolecules 48(2): 301-303.
Byrappa, K dan A.K Subramani. 2006, Photocatalytic Degradation of Rhodamine B Dye using Hydrothermally Synthesized ZnO. Bulletin Material Science.29(5):433–438.
Christina, M., Mu’nisatun, RSaptaaji, dan D. Marjanto. 2007. Studi Pendahuluan Mengenai  Degradasi Zat Warna Azo (MetiOrange) dalam Pelarut Air Menggunakan Mesin Berkas Electron 350 keV/10 mAJurnal Forum Nuklir 1(1): 31-44.
Hamdaoui, O and M. Chiha, 2006, Removal of Methylene Blue from Aqueous Solutions by wheat Bran, Acta Chim. 54:407-418.
Hargono. 2007. Pembuatan Kitosan dari Kulit Udang Untuk Mengadsorbsi Logam Tembaga (Cu2+). Jurnal Teknik Kimia. Semarang: Universitas Diponegoro.
Indrawati, V. 2005. Pengaruh Aktivator Asam Klorida Terhadap Daya Adsorpsi Bentonit pada Rhodamin BSkripsi. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.
Li, Q., Y. Zhao, L. Wang, dan W. Aiqin. 2011. Adsorption Characteristics of Methylene Blue onto the N-succinyl-chitosan g-polyacrylamide/attapulgite compositeKorean Journal of Chemical Engineering 28(8): 1658-1664.
Mahmiah. 2005. Pemanfaatan Limbah Kulit Udang Sebagai Bahan Dasar Isolasi Chitin dan ChitosanJurnal Perikanan 2 (1): 71-75.
Pangesti, T. P. 2011. Model Pengelolaan Sumberdaya Udang Penaeidae spp di Kabupaten Cilacap Provinsi Jawa Tengah. Tesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Rahayu, S. 2012. Kajian Lingkungan Perairan Kali Nyamplung Akibat Limbah Cair Industri Batik Di Desa Sokaraja Kulon Kecamatan Sokaraja Kabupaten Banyumas.http://www.sma2-purwokerto.sch.id/html/index.php?id=artikel&
kode=28. 26 Februari 2014 (16:45).
Badan Penelitian dan Pengembangan. 2007. Pemanfaatan Arang Aktif Jerami Padi untuk Menurunkan Kadar Zat Warna dan Logam Berat Pada Limbah Tekstil Menggunakan Modifikasi Fotokatalis AASP/TiO2. BALITBANG Provinsi Jawa Tengah. Semarang.
Sistem Informasi Pembangunan Daerah. 2010. Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010. SIPD Kab. Banyumas. Banyumas.
Sugita, P., A. Sjahriza, T. Wukirsari, dan D. Wahyono. 2009Kitosan: Sumber Biomaterial Masa DepanPenerbit IPB Press. Bogor.
Widodo, A. 2005. Daya Adsorpsi Monmorilonit Teraktivasi terhadap Rhodamin B.
Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.
Widodo, A., Mardiah, dan Prasetyo, A., (2006). Potensi kitosan dari sisa udang sebagai koagulan logam berat limbah cair industri tekstil. ITS Surabaya

Artikel Yang Banyang Dicari

 
Support : Maju Terus Pantang Menyerah | Universitas Jenderal Soedirman | Purwokerto
Angkatan © 2011. Ilmu Kimia - Kimia Fakultas MIPA
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger