SEBELUMNYA tolong SUBSCRIBE Youtube kami Ya Ka
USULAN
PROGRAM KREATIFITAS MAHASISWA
ANALISIS
SUHU, PH, KEKERUHAN, WARNA, LOGAM Fe DAN KESADAHAN TOTAL DALAM AIR
PRODUKSI PDAM TIRTA SUKAPURA KABUPATEN
TASIKMALAYA
BIDANG
KEGIATAN :
PKM-ARTIKEL ILMIAH
PKM-ARTIKEL ILMIAH
Diusulkan
Oleh:
Irvan Maulana Firdaus H1A011024 Angkatan 2011
Nurhasanah H1A011005 Angkatan 2011
Muhammad Sofi Khoerul
Amal H1A012015 Angkatan 2012
UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2015
ANALISIS SUHU, PH, KEKERUHAN, WARNA, LOGAM Fe DAN
KESADAHAN TOTAL DALAM AIR PRODUKSI PDAM
TIRTA SUKAPURA KABUPATEN TASIKMALAYA
Nurhasanah, Irvan Maulana
Firdaus, Muhammad Sofi Khoerul Amal
Jurusan Kimia, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Jenderal Soedirman
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian mengenai
pengolahan di PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui proses pengolahan air di PDAM Tirta Sukapura
Kabupaten Tasikmalaya dan penentuan kualitas air produksi PDAM Tirta Sukapura
Kabupaten Tasikmalaya. Proses pengolahan air di PDAM Tirta Sukapura Kabupaten
Tasikmalaya meliputi 7 tahap yaitu : intake, static mixer, pemberian tawas/PAC, flokulasi-sedimentasi, saringan
pasir, pemberian kaporit, penyimpanan di ground
reservoir. Dalam penelitian ini kualitas air yang di uji adalah suhu, pH,
kekeruhan, warna, logam Fe dan kesadahan total. Hasil penelitian menunjukan bahwa
kualitas air yang dihasilkan memenuhi PERMENKES RI tahun 2010. Karakteristik
kualitas air yang diperoleh yaitu suhu sebesar 26oC; pH sebesar 7,54; kekeruhan sebesar 3,31; warna sebesar 11,3
TCU; kadar logam Fe sebesar 0,2 mg/L; dan kesadahan total sebesar 280 mg/L CaCO3.
Kata Kunci : Static mixer, PAC,
Flokulasi-sedimentasi.
PENDAHULUAN
Air
merupakan salah satu senyawa kimia yang terdapat di alam secara berlimpah akan
tetapi ketersediaan air yang memenuhi syarat bagi keperluan manusia relatif
sedikit karena dibatasi oleh berbagai faktor (Effendi, 2003). Air sangat
penting bagi kehidupan umat manusia dan fungsinya tidak pernah dapat digantikan
oleh senyawa lain (Winarno, 2002). Air yang digunakan sehari-hari tidak lepas
dari pengaruh pencemaran yang diakibatkan oleh ulah manusia juga. Beberapa
bahan pencemar seperti bahan mikrobiologik (bakteri, virus, parasit), bahan
organik (pestisida, detergen), dan beberapa bahan anorganik (garam, asam,
logam) (Darmono, 2001).
Menurut
Sutrisno (2004), dari segi kualitas air minum harus memenuhi syarat yang
ditentukan yaitu : Syarat Fisik yang meliputi
tidak boleh berwarna, tidak boleh berasa, tidak boleh berbau, Suhu air
hendaknya di bawah udara sejuk (± 25oC), harus jernih; syarat Kimia
yang meliputi tidak boleh mengandung racun, zat-zat mineral atau zat-zat kimia
tertentu dalam jumlah melampaui batas yang telah ditentukan; Syarat
Bakteriologik yang meliputi tidak boleh mengandung bakteri-bakteri penyakit
(patogen) sama sekali dan tidak boleh mengandung bakteri-bakteri golongan Coli
melebihi batas-batas yang telah ditentukannya yaitu 1 Coli/100 ml air. Menurut Permenkes RI No.
416/Menkes/PER/IX/1990, air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan
sehari-hari dan dapat diminum setelah dimasak. Sedangkan menurut Kepmenkes RI
No.907/MENKES/VII/2002, pengertian air minum adalah air yang melalui proses
pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan
(bakteriologis, kimiawi, radioaktif, dan fisik) dan dapat langsung diminum
PDAM Tirta Sukapura Kabupaten
Tasikmalaya sebagai perusahaan daerah berfungsi untuk menyediakan kebutuhan air
minum untuk masyarakat Tasikmalaya, sumber air yang di gunakan adalah air
gunung dan air sungai. Air gunung diambil dari kaki gunung Cipondok Kabupaten
Tasikmalayasedangkan air sungai diambil dari sungai Cilangla Bantarkalong
Kabupaten Tasikmalaya. Pengolahan air
adalah usaha teknis yang dilakukan untuk mengubah sifat-sifat suatu zat sesuai
standar air yang diinginkan. Pengolahan air baku di IPA Bantarkalong PDAM Tirta
Sukapura Kabupaten Tasikmalaya dilakukan secara fisika, kimia dan bakteriologi.
Proses
pengolahan air secara fisik merupakan proses pengolahan yang dilakukan dengan
memakai alat untuk mengolah air seperti dengan menggunakan saringan. Proses
pengolahan kimia adalah proses yang dilakukan dengan cara penambahan bahan
kimia untuk memudahakan proses pengolahan air selanjutnya seperti penambahan
koagulan, pengaturan pH dengan penambahan garam asam atau basa sesuai
kebutuhan. Proses biologi adalah penghilangan bakteriologik dengan cara
pembubuhan desinfektan yang berguna untuk membunuh bakteri sehingga air yang
dihasilkan merupakan air bersih dan siap untuk di distribusaikan ke masyarakat.
Untuk
itu perlu dilakukan Pengecekan Kualitas Air Minum PDAM Tirta Sukapura Kabupaten
Tasikmalaya yang bertujuan untuk mengetahui proses pengolahan air di PDAM Tirta
Sukapura Kabupaten Tasikmalaya, dan penentukan kualitas air produksi PDAM Tirta
Sukapura Kabupaten Tasikmalaya yang meliputi suhu, pH, kekeruhan,warna, logam
Fe dan Kesadahan total.
METODE
PENELITIAN
Waktu dan
Institusi Penelitian
Kerja Praktek dilaksanakan di PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasaikmalaya,. Kerja praktek
dilaksanakan selama 1 bulan (1
Februari 2014 – 28 Februari 2014).
Observasi
(Pengecekan Lapangan) dan Wawancara
Observasi lapangan dilakukan
dengan melihat dan memperhatikan setiap unit Pengolahan Air PDAM Tirta Sukapura
beserta fungsinya. Kemudian memperhatikan jalur dari pengolahan Air PDAM Tirta
Sukapura. Wawancara dilakukan kepada pembimbing teknis tentang proses
pengolahan air sungai Cilangla, sehingga didapatkan informasi mengenai
pengolahan air yang dilakukan oleh PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya. Produk
hasil pengolahan selanjutnya akan didistribusikan ke masyarakat Tasikmalaya.
Analisis Air
Analisis
dilakukan pada air produksi unit PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya yang
meliputi analisis sebagai berikut :
Pengukuran Suhu
Termometer
dimasukan kedalam sampel air sampai batas skala baca, kemudian dibiarkan 2-5
menit sampai skala suhu pada termometer menunjukan angka yang stabil dan dicatat
suhu yang terbaca.
Pengukuran pH
Alat pH meter dimasukan dalam botol
yang berisi sampel, kemudian ditunggu sampai pengukurannya stabil dan dicatat
pH yang terbaca.
Pengukuran Kekeruhan
Blanko dimasukan kedalam
Nephelometer kemudian tombol zero diatur sampai angka menunjukan angka 0.00,
kemudian larutan standar 40 NTU dimasukan dan skala alat diubah menjadi 0-200.0.
Tombol kalibrasi diatur sampai alat menunjukan angka 40.0, kemudian dimasukan
contoh air yang akan diperiksa dan ditunggu 5 menit sampai alat meunjukan
kekeruhan dengan stabil serta dicatat kekeruhan sampel air yang terbaca.
Pengukuran Warna
Larutan
sampel disaring menggunakan kertas saring, kemudian dipindahkan kedalam kuvet
50 mm. Kuvet ditempatkan pada spektrokuant kemudian diset angka 032. Tombol
enter ditekan dan dicatat kadar warna yang terbaca
Pengukuran Kadar Fe
Sebanyak 5 mL aquades dimasukan kedalam tabung A 5 mL kemudian dimasukan
kedalam alat pengukur Fe. Sebanyak 5 mL sampel damasukan kedalam
tabung B 5 mL kemudian ditambahkan reagen Fe dan dimasukan dalam alat pengukur
Fe. Tabung B di ukur kada Fe yang terkandung didalamnya dengan membandingkan
warna merah dari tabung B dengan plat kadar Fe pada tabung A kemudian dicatat
hasil yang diperoleh.
Pengukuran Kesadahan Total
Sebanyak
5 mL sampel dimasukan dalam tabung titrasi 25 mL kemudian ditambahkan 1 tetes
indikator dan 3 tetes larutan Buffer pH 10, Larutan di titrasi dengan larutan
EDTA sampai warna berubah menjadi biru kemudian dicatat volume EDTA yang
terpakai.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Proses Pengolahan
Air di PDAM TIRTA SUKAPURA Kabupaten Tasikmalaya
Air merupakan salah satu bahan pokok yang dibutuhkan oleh
manusia sepanjang masa, baik secara langsung maupun tidak langsung. Tidak semua
jenis air dapat digunakan tanpa pengolahan terlebih dahulu, untuk itu PDAM
Tirta Sukapura
Kabupaten Tasikmalaya sebagai salah
satu instalasi pengolahan air minum dapat mengolah air tersebut menjadi air
minum yang layak bagi konsumen. Pengolahan air baku
dari sungai Cilangla menjadi air bersih pada PDAM Tirta Sukapura Kabupaten
Tasikmalaya mempunyai beberapa proses. Proses yang digunakan dapat dilihat dari
gambar berikut :
Gambar 1 : Proses pengolahan di PDAM Tirta Sukapura Kabupaten
Tasikmalaya
Keterangan : 1. Pompa Intake 6. Flokulasi - Sedimentasi
2.
Sungai Cilangla 7.
Saringan Pasir
3.
Statik Mixer 8.
Bludge Drying Bed
4.
Tawas / PAC 9.
Ground Reservoir
5.
Kaporit 10.
Saluran Distribusi
Air baku yang bersumber
dari aliran Sungai Cilangla selanjutnya masuk melalui pintu intake untuk disaring terlebih dahulu dari
sampah/kotoran kasar. Kemudian air akan tertampung di intake.
Intake merupakan suatu bangunan untuk menangkap
air dari suatu sumber air. Dengan adanya pompa di dalam intake air dapat
mengalir ke unit pengolahan. Pompa pengambilan air baku berkapasitas 20 L/detik
. Berdasarkan data PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya, debit air yang
masuk ke IPA rata–rata hanya sebesar 15 L/detik. Adanya penurunan kapasitas
pompa ini disebabkan oleh efisiensi pompa yang berkurang akibat usia pompa.
Tinggi pipa dari intake ke pengolahan memiliki jarak sekitar 15 meter sehingga
daya dorong pompa berkurang.
Proses selanjutnya air yang dipompakan ke delay
tank melalui terjadi proses koagulasi (proses bercampurnya koagulan dan air
baku dengan cepat dan merata) menguunakan koagulan PAC dan proses flokulasi (penggumpalan flok-flok yang lebih
besar) akibat adanya pengadukan. Setelah PAC larut, selanjutnya akan mengikat partikel yang ada di
dalam air membentuk partikel-partikel yang lebih besar (flok). Flok-flok ini lalu
akan melakukan pengikatan kembali dengan butiran flok yang lainnya dengan bantuan turbulensi. Flok-flok yang yang terbentuk akan semakin besar dan pengaruh gaya
gravitasi akan mengendap pada dasar clarifier.
Selanjutnya air kumpulan difiltrasi dengan
pasir kuarsa sehingga diperoleh
air hasil proses filtrasi yang jernih. Sebelum air proses filtrasi masuk ke
reservoir, ditambahkan terlebih dahulu kaporit Ca(OCl)2 yang bertujuan
untuk menghilangkan mikroba patogen.
Setelah seluruh proses pengolahan air tersebut
berlangsung, air hasil olahan ditampung di bak penampungan akhir yang disebut
dengan reservoir untuk didistribusikan. Air hasil olahan tersebut dapat
didistribusikan bila air memenuhi syarat kualitas air. Untuk memastikan
kualitas air, perlu dilakukan pengendalian mutu. Pengendalian mutu mutlak
diperlukan agar kualitas air bersih dapat dijamin kualitasnya sesuai dengan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia 492/MENKES/IV/2010 yang meliputi aspek fisika, kimia dan
biologis.
Hasil Pengukuran Suhu
Temperatur
merupakan salah satu sifat fisika utama yang mempengaruhi kehidupan perairan.
Proses biologis akan berlangsung lambat pada suhu yang rendah dan suhu yang
tinggi dalam air bersifat fatal pada organisme. Perbedaan beberapa derajat
dapat menyebabkan perbedaan yang besar dalam jenis organisme yang ada, maka
suhu harus dikontrol. Pemeriksaan suhu sampel dilakukan dengan memasukan
termometer kedalam sampel sampai batas skala baca kemudian dibiarkan 2-5 menit
sampai skala suhu pada termometer menunjukan angka yang stabil. Suhu yang
diperoleh adalah 26oC. Berdasarkan standar suhu menurut PERMENKES
RI, 2010 batas suhu air minum yang dianjurkan ±3 suhu udara. Dapat disimpulkan
bahwa air sampel yang diteliti layak konsumsi karena tidak melebihi nilai
rentang batas yang dianjurkan.
Hasil
Pengukuran pH
Nilai pH
mencirikan keseimbangan antara asam dan basa dalam air dan merupakan pengukuran
konsentrasi ion hidrogen dalam air. Pengukuran pH dilakukan dengan
masukan pH meter dalam botol yang berisi sampel, kemudian ditunggu
sampai skala pengukurannya stabil dan dicatat angka yang
terbaca oleh pH meter. Nilai pH yang diperoleh sebesar 7,54. Berdasarkan standar pH menurut PERMENKES RI, 2010 batas rentang pH air
minum yang dianjurkan 6,5 – 8,5. Dapat disimpulkan bahwa air sampel yang
diteliti layak konsumsi karena tidak melebihi nilai rentang batas yang
dianjurkan.
Hasil Pengukuran
Kekeruhan (NTU)
Kekeruhan di dalam air disebabkan oleh adanya
zat tersuspensi seperti lempung, lumpur, zat organik, plankton dan zat-zat
halus lainnya. Kekeruhan merupakan sifat optis dari suatu larutan, yaitu
hamburan dan absorpsi cahaya yang melaluinya. Tidak dapat dihubungkan sacara
langsung antara kekeruhan dengan kadar semua jenis zat tersuspensi, karena
tergantung juga kepada ukuran dan bentuk butir. Penentuan kekeruhan air PDAM dilakukan
dengan memasukan blanko kedalam
Nephelometer kemudian tombol zero diatur sampai angka menunjukan angka 0.00.
Dimasukan larutan standar 40 NTU dan range alat diubah menjadi 0 - 200.0
kemudian diatur dengan tombol kalibrasi sampai alat menunjukan angka 40.0.
Dimasukan contoh air yang akan diperiksa kemudian ditunggu 5 menit sampai alat
meunjukan kekeruhan dengan stabil. Hasil yang diperoleh adalah 3,31 NTU. Berdasarkan
standar kekeruhan menurut PERMENKES RI, 2010 batas maksimum kekeruhan air minum
yang dianjurkan yaitu 5 NTU. Dapat disimpulkan bahwa air sampel yang diteliti
layak konsumsi karena tidak melebihi nilai ambang batas yang dianjurkan.
Pengukuran
Warna
Warna di dalam air dapat
disebabkan oleh adanya ion-ion metal alam (besi dan mangan), humus, plankton,
tanaman air dan buangan industri. Yang dimaksud dengan warna sebenarnya adalah
warna nyata yaitu warna setelah kekeruhan sampel dihilangkan. Sedang yang
dimaksud warna nampak adalah warna yang tidak hanya disebabkan zat-zat yang
terlarut di dalam air akan tetapi juga zat tersuspensi. Pemeriksaan warna ditentukan dengan menyaring larutan sampel menggunakan kertas
saring kemudian larutan sampel dipindahkan kedalam kuvet 50 mm. Kuvet
ditempatkan pada spektrokuant kemudian set angka 032 dan ditekan tombol enter.
Hasil yang diperoleh adalah 11,3 TCU. Berdasarkan standar
warna menurut PERMENKES RI, 2010 batas warna air minum yang dianjurkan 15 TCU.
Dapat disimpulkan bahwa air sampel yang diteliti layak konsumsi karena tidak
melebihi nilai rentang batas yang dianjurkan.
Hasil
Pengukuran Kadar Besi
Kandungan besi dalam
air sampel dapat ditentukan dengan memasukan 5 mL
aquades kedalam tabung 5 mL dan dimasukan dalam alat pengukur Fe. Sebanyak 5 mL sampel damasukan kedalam
tabung 5 mL dan ditambahkan 1 set reagen phenantrolin sehingga larutan berubah
warna menjadi merah – orange. Tabung sampel dimasukan dalam alat pengukur Fe
kemudian diukur kadar Fe dalam sampel
dengan membandingkan warna pada plat kadar Fe dengan warna pada sampel.
Kadar Fe yang diperoleh adalah 0,2 mg/L. Berdasarkan
standar Fe menurut PERMENKES RI, 2010 batas Fe dalam air minum yang dianjurkan
0,3 mg/L. Dapat disimpulkan bahwa air sampel yang diteliti layak konsumsi
karena tidak melebihi nilai rentang batas yang dianjurkan. Senyawa
kompleks berwarna merah-orange yang dibentuk antara besi (II) dan
1,10-phenantrolin (ortophenantrolin). Orto-phenantrolin mempunyai struktur
sebagai berikut :
Gambar
2. Orto-phenantrolin Sumber : (Widjaya,
2009)
Orto-phenantrolin akan membentuk suatu senyawa
kompleks Fe(phen)32+ dengan reaksi :
Fe2+ +
3 phen H+ ⇌ Fe(phen)32+ + 3H+
(Widjaya, 2009)
Senyawa kompleks
Fe(phen)32+ mempunyai sruktur :
Gambar 3. 1,10-phenantrolin Fe(phen)32+Sumber
: (Widjaya, 2009)
Hasil
Pengukuran Kesadahan Total
Pengukuran
kesadahan total dilakukan dengan memasukan 5 mL sampel kedalam labu titrasi 25
mL, ditambahkan 3 tetes larutan buffer pH 10 untuk menjaga pH 10 supaya ion Ca2+dan
Mg2+ membentuk kompleks yang stabil (Khopkar, 2010), dan 1 tetes
indikator EBT. Setelah penambahan indikator Eriochrom Black Tea (EBT) diperoleh
larutan berwarna merah muda, hal itu karena warna merah muda berasal dari
reaksi antara EBT dengan logam (Ca2+dan Mg2+) membentuk
ion kompleks. Fungsi indikator EBT dapat diartikan sebagai indikator titik
akhir titrasi yang akan berubah menjadi biru muda dengan sedikit kelebihan EDTA
(Khopkar, 2010). selanjutnya dititrasi dengan EDTA. Jika EDTA dijadikan
sebagai titran, maka larutan akan berubah dari warna merah muda menjadi warna
biru. Pada titik akhir titrasi diperoleh volume titran sebesar 0,4 mL, sehingga total kesadahannya adalah
sebanyak 280 mg/L CaCO3.Berikut adalah reaksinya :
Gambar
4. Reaksi ion M2+ (Ca2+dan Mg2+) dengan EBT
(a) dan M-EBT dengan
EDTA
(b).
Berdasarkan
standar kesadahan menurut PERMENKES RI, 2010 batas maksimum kesadahan air minum
yang dianjurkan yaitu 500 mg/L CaCO3. Dapat disimpulkan bahwa air
sampel yang diteliti layak konsumsi karena tidak melebihi nilai ambang batas
yang dianjurkan.
KESIMPULAN
1. Suhu,
pH, kekeruhan, warna, kadar Fe, kesadahan
total air distribusi PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya adalah 26oC;
7,54; 3,31; 11,3 TCU, 0,2 mg/L, 280 mg/L CaCO3.
2. Hasil analisis air yang diolah
oleh PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya telah memenuhi baku mutu dari
PERMENKES RI 2010.
UCAPAN TERIMAKASIH
Terimakasih kepada Ibu Senny ,M.Si selaku pembingbing
PKM-AI yang selalu mamberikan masukan dan usulan sehingga proposal Artikel
Ilmiah dapat terselesaikan. Terimakasih kepada Bapak Zaenal, S.Si selaku
pembimbing kerja praktek di perusahaan PDAM Tirta Sukapura Kabupaten
Tasikmalaya. Terimakasih kepada teman-teman Kimia 2011 yang selalu memotivasi
penulis sehingga penulis telah menyelesaikan Artikel Ilmiah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran Hubungannya dengan
Toksikologi Senyawa Logam. Jakarta : Universitas Indonesia-Press.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta : Kanisius.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No. 907/MENKES/SK/VII/ 2002
Khopkar, S. M. 2010. Konsep Dasar Kimia
Analitik, Jakarta : UI-Press.
Menkes, 2010. Kepmenkes RI
No.492/MENKES/PER/IV/2010. tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.
Peraturan
Menteri Kesahatan Republik Indonesia No. 416 /MENKES /PER/IX
/1990
Sutrisno.
2004. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Widjaya,
P. 2009. Penentuan Kadar Besi dalam Air Limbah Rumah Tangga, [Laporan
Praktikum], Bandung : Fakultas MIPA ITB.
Winarno, F. G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Posting Komentar