[unsoed.ac.id, Sen, 8/6/15] Menyaksikan biji alpukat terbuang tak dimanfaatkan di warung-warung penjual minuman juice membuat Irvan Maulana Firdaus, Mahasiswa Kimia Unsoed berpikir keras untuk memanfaatkannya. Pikirannya menerawang jauh tentang jawaban atas kebutuhan energi masa depan. Irvan kemudian membentuk terdiri dari Khilman Husna Pratama, Tri Fitriany, Milda Nurul Hidayah dan Agus Soleh. Irvan da timnya pada akhirnya berhasil membuat biodiesel dari biji alpukat dengan Katalis Mg/Al Hidrotalsit. “Awalnya saya meihat bahwa biji-biji alpukat di warung-warung juice terbuang begitu saja, sehingga muncul ide menelitinya untuk membuat biodiesel karena biji alpukat mengandung minyak,” jelasnya. Jika selama ini pembuatan biodiesel kebanyakan menggunakan katalis hidrogen, maka Irvan dan tim membuatnya dengan katalis heterogen yaitu Mg/Al Hidrotalsit. “Hal ini kami lakukan karena biodiesel dari katalis homogen biasanya masih masih perlu dipisahkan lagi dan katalis yang digunakan tidak dapat digunakan kembali sehingga akan terbuang, maka kami menggunakan katalis heterogen,” ungkapnya.
Langkah Irvan dan tim menciptakan biodiesel tak semudah membalik telapak tangan. Mereka perlu melakukan serangkaian penelitian dan uji kimiawi sejak Maret hingga Mei 2015 di Laboratorium Kimia Unsoed. “Awalnya kami mengepres biji alpukat untuk mendapatkan minyak alpukat,” ungkapnya. Irvan dan tim kemudian mulai melakukan preparasi katalis basa yaitu dengan mensintesis Mg/Al-hidrotalsit dengan metode endapan. “Senyawa hasil sintesis mempunyai karakter fisik dengan bentuk padatan kecil dan berwarna putih kemudian kami gerus untuk memperluas permukaan,” ungkapnya. Setelah itu Irvan melakukan sterifikasi untuk menurunkan FFA dari minyak biji alpukat. “Hasil dari proses ini diperoleh dua lapisan, yaitu lapisan atas berupa metanol, sedangkan pada lapisan bawah berupa campuran minyak, alkil ester, dan air,” jelasnya. Hasil esterifikasi kemudian digunakan untuk tahap selanjutnya yaitu reaksi transesterifikasi menggunakan katalis basa. “Transesterifikasi berfungsi untuk menurunkan viskositas dari minyak biji alpukat yang cukup tinggi yang akan memecah trigliserida menjadi alkil ester dengan bantuan alkohol yaitu metanol dan katalis basa Mg/Al hidrotalsit,” lanjutnya. Hasil tahapan ini diperoleh produk metil ester serta campuran gliserol dan air pada lapisan bawah dan lapisan atas berupa sisa metanol. Metil ester dipisahkan dengan gliserol dan air menggunakan Na2SO4, kemudian disaring dengan corong Buchner untuk memisahkan anhidrat. Filtrat yang diperoleh kemudian diauapkan pada suhu kamar selama 2 jam untuk menghilangkan sisa metanol. Proses penelitian kemudian dilanjutkan dengan karakterisasi biodiesel serta konversi biodiesel menggunakan 1H-NMR. “Kami melakukan analisis menentukan konversi biodiesel untuk semakin meyakinkan bahwa hasil sintesis minyak biji alpukat yang diperoleh benar-benar senyawa biodiesel,” jelasnya. Konversi biodiesel yang didapatkan adalah 15,9% dan metanol yang paling baik terdapat pada suhu 60oC dengan rasio minyak berbanding metanol 1:6.
Irvan berharap dengan riset ini potensi energi terbarukan ramah lingkungan terus digali dari berbagai bahan. “Meneliti biodiesel bagi kami juga meneliti tentang energi masa depan umat manusia sebab bahan bakar fosil akan terus menipis,” jelasnya. Tim ini saat ini juga sedang melakukan riset kulit nanas untuk membran yang memiliki banyak fungsi, termasuk untuk menyaring limbah. Maju Terus Pantang Menyerah !
http://unsoed.ac.id/id/berita/biodiesel-dari-biji-alpukat-hasil-penelitian-mahasiswa-unsoed
Posting Komentar