PROPOSAL
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
PENGOLAHAN LIMBAH BATIK (METILEN BIRU) DENGAN MEMBRAN KOMPOSIT SELULOSA
ASETAT (NATA DE PINA)-POLISTIRENA
BIDANG KEGIATAN:
PKM PENELITIAN
Diusulkan oleh :
Tri Fitriany (H1A011011) Angkatan 2011
Irvan Maulana Firdaus (H1A011024) Angkatan 2011
Lely
Zikri Zulhidayah (H1A013056) Angkatan 2013
Dyah
Ayu Septiarini (H1A013049) Angkatan 2013
Oto
Dwi Wibowo (H1A013046) Angkatan 2013
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2014
RINGKASAN
Perkembangan industri tekstil di Indonesia selain memberikan manfaat
juga memberikan dampak negatif bagi lingkungan. Hal ini dikarenakan dalam
produksi tekstil selalu dihasilkan limbah, salah satunya limbah zat warna thiazine
seperti metilen biru yang dapat
menyebabkan iritasi saluran pencernaan jika tertelan, sianosis jika
terhirup, dan iritasi pada kulit jika tersentuh oleh kulit. Perkembangan
teknologi membran sebagai unit pengolah limbah saat ini sangat pesat dan banyak
digunakan dalam proses pemisahan karena mempunyai beberapa keunggulan
dibandingkan metode lain. Penelitian ini mengenai membran
komposit selulosa asetat (Nata de pina)-Polistirena untuk pemisahan limbah batik (Metilen Biru). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan PS terhadap membran CA berdasarkan uji tarik dan regangan, SEM, fluks
air dan rejeksi, mengetahui proses pemisahan limbah
batik (Metilen Biru) dengan membran komposit CA-PS. Adapun target dari penelitian ini adalah mengetahui keefektifan PS untuk memperbaiki sifat mekanik membran CA dari kulit nanas dan
kemampuan membran dalam pemisahan limbah batik (Metilen Biru). Metode yang
digunakan dalam penelitian
ini adalah inversi fasa. Inversi fasa secara umum didefinisikan sebagai proses
dimana sebuah polimer dirubah secara terkendali dari fasa cair ke fasa padat. Material polimer
sintetis
yang digunakan untuk mengkomposit selulosa asetat (Nata de pina) adalah polistirena
(PS). Metode ini dilakukan melalui 4 tahap yaitu : pembuatan
nata de pina dengan proses fermentasi
oleh bakteri Acetobater xylinum, proses
asetilasi selulosa dan dilakukan analisis gugus fungsi dengan FTIR, pembuatan membran komposit CA-PS, proses pemisahan limbah batik (Metilen Biru) melalui aplikasi pada
alat “dead-end” dan penentuan fluks
pemisahan serta penentuan
koefisien rejeksi. Karakterisasi
membran komposit CA-PS dilakukan dengan uji
kuat tarik dan regangan serta morfologi dan ukuran pori
membran menggunakan SEM.
Kata kunci : FTIR, SEM, Metilen Biru, Polistirena.
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat
ini perkembangan dan kemajuan industri tekstil di Indonesia telah berkembang
sangat pesat. Selain memberikan banyak manfaat bagi kehidupan manusia,
perkembangan industri tekstil juga menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan.
Hal ini dikarenakan dalam produksi tekstil selalu dihasilkan limbah, salah
satunya limbah zat warna. Limbah zat warna merupakan senyawa organik yang sukar
terurai, bersifat resisten, dan toksik. Apabila limbah tersebut dibuang ke
perairan terdekat maka akan menyebabkan pencemaran lingkungan. Dalam industri
tekstil, metilen biru merupakan salah satu zat warna thiazine yang
sering digunakan, karena harganya ekonomis dan mudah diperoleh. Metilen biru
berbentuk kristal terhidrat berwarna hijau, yang sangat mudah diserap oleh akar
tanaman dibanding dengan zat warna lainya seperti orange 1, sehingga pewarna
tersebut telah menjadi sumber polusi organik yang sangat penting dihilangkan
dari perairan (Murat et al., 2006). Zat
warna metilen biru adalah zat warna dasar yang penting dalam proses pewarnaan
kulit, kain mori, kain katun, dan tannin. Penggunaan metilen biru dapat
menimbulkan beberapa efek, seperti iritasi saluran pencernaan jika tertelan,
menimbulkan sianosis jika terhirup, dan iritasi pada kulit jika tersentuh oleh
kulit (Hamdaoui et al., 2006).
Perkembangan
teknologi membran sebagai unit pengolah limbah saat ini sangat pesat dan banyak
digunakan dalam proses pemisahan karena mempunyai beberapa keunggulan
dibandingkan metode pemisahan yang konvensional, diantarnya proses dapat
dilakukan secara kontinyu, tidak memerlukan zat kimia tambahan, konsumsi energi
rendah, tidak merusak material dan lain-lain. Pembuatan membran dari polimer
alam telah banyak dikembangkan saat ini, karena lebih ramah lingkungan daripada
polimer sintetis, salah satunya membran yang terbuat dari selulosa asetat
(Mulder, 1996).
Nanas (Ananas
comosus) merupakan jenis buah yang terkenal di Indonesia. Selain dikonsumsi
sebagai buah segar, nanas juga merupakan salah satu jenis buah yang banyak
digunakan dalam industri pengolahan pangan. Berdasarkan Biro Pusat Statistik
(2005) produksi nanas dari tahun ke tahun terus meningkat sehingga menimbulkan
dampak kulit nanas yang melimpah. Timbunan kulit nanas dapat mengakibatkan
masalah lingkungan sehingga diperlukan upaya pemanfaatan limbah kulit nanas.
Salah satu upaya tersebut adalah membuat nata de pina yang lebih lanjut
digunakan sebagai bahan dasar pembuatan membran (Putri, 2006).
Penelitian
tentang pembuatan nata de pina dari kulit nanas sebelumnya telah dilakukan oleh
Susanto et al. (2000) dan Santoso (1993). Umumnya nata de pina yang dihasilkan
untuk dijual dipasaran sebagai kaya makanan dan kaya serat. Dari penelitian
Putri (2006) nata de pina yang dihasilkan hanya sebagai bahan dasar membrane
selulosa dan sampai sekarang belum ditemukan ada yang meneliti lebih lanjut
mengenai pemanfaatan nata de pina sebagai bahan dasar alternatif dalam
pembuatan membran selulosa asetat. Selulosa asetat (CA) merupakan salah satu bahan dasar
pembuatan membran yang bersifat dapat diurai. Membran biasanya berupa
polimer tipis yang menahan pergerakan bahan-bahan tertentu, yang bersifat
permeabel atau semi permeabel (Scott et al., 1996). Menurut Arifah
(2012), modifikasi terhadap bahan dasar membran kini semakin beragam, untuk
memperbaiki kinerja membran. Meenakshi et al. (2001) menyebutkan pencampuran
antara polimer yang dapat urai secara hayati dan polimer sintetik dapat
menghasilkan sifat fisik baru. Menutut Cowd (1982), membran CA dengan
penambahan polimer sintetik, yaitu polistirena (PS) memiliki sifat mekanik yang
lebih baik dibandingkan dengan CA.
Berdasarkan
uraian diatas, pada penelitian
ini akan dibuat membran selulosa asetat (CA) dari nata de pina termodifikasi polistirena
(PS dan diuji sifat mekanik membran tersebut untuk proses
pemisahan limbah batik (Metilen Biru). Uji karakteristik membran meliputi,
kekuatan tarik dan regangan membran menggunakan Autograph, dan morfologi serta
ukuran pori membran menggunakan SEM. Kinerja membran
meliputi nilai fluks dan rejeksi membran.
1.2 Perumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas
dapat disimpulkan beberapa
permasalahan sebagai berikut :
1.
Bagaimana pengaruh
penambahan PS
terhadap membran CA?
2. Bagaimana
proses pemisahan limbah batik (Metilen Biru) dengan
membran komposit CA-PS?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan Umum :
1. Mengetahui pengaruh penambahan PS terhadap membran CA berdasarkan
uji tarik dan regangan, SEM, fluks air dan rejeksi.
2. Mengetahui proses pemisahan limbah batik (Metilen Biru) dengan membran
komposit CA-PS.
Tujuan Khusus :
Tujuan
khusus penelitian ini adalah membuktikan kemampuan
membran selulosa asetat dari kulit nanas dengan penambahan polistirena sebagai
membran komposit dalam pemisahan limbah batik (Metilen biru).
1.4 Keutamaan
Penelitian
Urgensi (keutamaan) penelitian ini antara
lain:
1. Penelitian
ini membuktikan keefektifan PS untuk
memperbaiki sifat mekanik membran CA dari kulit nanas.
2. Penelitian
ini dapat diaplikasikan dalam
pengolahan limbah cair lainnya.
1.5 Target Penemuan
Penelitian
ini ditargetkan untuk mengetahui keefektifan
PS untuk memperbaiki sifat mekanik membran CA dari kulit nanas dan kemampuan
membran dalam pemisahan limbah batik (Metilen Biru).
1.6 Luaran
yang Diharapkan
Target luaran yang diharapkan dari penelitian
ini yaitu program kreatifitas ini dapat menjadi artikel yang dipatenkan.
1.7 Manfaat Penelitian
1.
Memberikan informasi
sumber alternatif pembuatan membran selulosa asetat yaitu dari kulit buah nanas.
2.
Meningkatkan nilai
tambah membran selulosa asetat menjadi membran komposit selulosa
asetat-polistirena (CA-PS) yang memiliki kinerja lebih baik dalam
pemanfaatannya.
BAB
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Buah Nanas
Buah nanas muda mempunyai mata berwarna kelabu atau
hijau muda, kelopak kecil-kecil yang menutupi separuh dari mata dan berwarna
kelabu keputih-putihan sehingga buah tampak kelabu.. Tanaman nanas mempunyai
nama botani Ananas comosus L. Klasifikasi dari tanaman nanas adalah
sebagai berikut :
Gambar
1. Buah nanas
Kingdom : Plantae
Superdivisio : Spermatophyta
(tumbuhan berbiji)
Divisio : Magnoliophyta
(berbunga)
Kelas : Liliopsida
(monokotil)
Ordo : Bromeliales
Famili : Bromeliaceae
(nanas-nanasan)
Genus : Ananas
Spesies : Ananas comosus (L.) Merr. (Soedarya, 2009)
2.2
Selulosa Mikrobial
Selulosa adalah polisakarida yang berasal dari residu
B-D(+)-glukosa yang tergabung dalam rantai linier (Mukler, 1996).
Selulosa mikrobial merupakan salah satu produk metabolit dari mikroorganisme
genus Acetobacter, Agrobacterium,
Rhizobium, Sarcina, dan Valonia.
Penghasil selulosa mikrobial yang paling efisisen adalah Acetobacter xylinium, yang akhir-akhir ini diklasifikasi ulang
sebagai Gluconacetobacter xylinus.
Selulosa yang disintesis oleh G. xylinus
dapat dihasilkan pada media statis ataupun media dengan pengadukan. Setelah
pemurnian dan pengeringan, serat selulosa mikrobial akan mempunyai penampakan
yang sama dengan kertas perkamen dengan ketebalan antara 0.01-0.05 mm
(Krystynowicz, 2001).
2.3 Membran
Selulosa Asetat
Gambar 2.
Selulosa Asetat (Prastowo, 2008)
2.4 Polistirena dan
Metilen Biru
Polistirena (PS)
merupakan polimer yang secara struktural terbentuk dari ikatan hidrokarbon
dengan gugus fenil terdapat pada salah satu atom karbonnya. PS bersifat
termoplastik dan tak berwarna, tahan terhadap senyawa
asam dan basa, mudah larut dalam hidrokarbon aromatik dan berklorin, memiliki
tegangan tarik sebesar 46–60 MPa dengan densitas 1050 kg/m3. Menurut Meenakshi et
al. (2001), penambahan PS dapat meningkatkan kekuatan tarik membran CA.
Metilen biru atau metiltionium klorida memiliki rumus
molekul C16H18N3SCl.3H2O. Metilen
biru yang dimurnikan berbentuk Kristal berwarna hijau kegelapan. Sifat-sifatnya
antara lain tidak berbau, stabil dalam udara, larut dalam air, alkohol dan
kloroform. Metilen biru yang dilarutkan dalam air akan berwarna biru tua. .
Dengan berat molekul (BM) sebesar 319,85 g/mol (Scarlat et al., 2003). Metilen
biru berbentuk padatan segi empat dengan dimensi volume 17,0 x
7,6 x 3,25 Ã… (Hang et al., 2006).
Gambar 3. Metilen biru (Trisnawati, 2008)
BAB
3. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu
dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan
dilaksanakan
selama 5 bulan di Laboratorium
Kimia Fisik Program Studi Kimia MIPA Universitas Jenderal Soedirman.
3.2
Prosedur Penelitian
3.2.1 Pembuatan nata de pina
Kulit
buah nanas dicuci bersih, dipotong kecil-kecil dan diblender hingga halus
kemudian disaring dan diperas dengan menggunakan kain blacu/mori untuk diambil
cairan konsentratnya. Sebanyak 5 L konsentrat yang diperoleh, disaring dengan
kertas saring dengan bantuan corong Buchner. Lalu filtrat dipanaskan hingga
mendidih kemudian ditambahkan gula pasir sebanyak 500 gram. Larutan dibiarkan
sampai mendidih kembali kemudian ditambahkan 25 gram ammonium sulfat (NH4)2SO4 dan 30 mL asam asetat glasial. Larutan diatur
pH-nya menjadi 4-5. Larutan dituangkan dalam keadaan panas ke dalam 3 nampan
atau wadah plastik yang masing-masing berisi 1,5 L lalu ditutup dengan kertas
koran dan didiamkan selama ±24 jam. Kedalam larutan tersebut ditambahkan
starter bakteri Acetobater xylinum sebanyak 10% dari volume media dan ditutup kembali dengan kertas koran.
Media yang ditambahkan starter bakteri diinkubasi pada suhu kamar selama 8, 10,
dan 12 hari untuk proses fermentasi sehingga diperoleh nata de pina. Gel hasil fermentasi
dimurnikan dengan cara dicuci dengan air mengalir, kemudian direndam
dengan larutan NaOH 1% panas selama 24
jam, dan direndam kembali dengan larutan CH3COOH 1% selama 24 jam
pada suhu kamar. Selanjutnya gel dicuci kembali dengan air mengalir. Gel yang
telah dimurnikan, lalu dikeringkan di udara terbuka selanjutnya dihaluskan
dengan menggunakan blender hingga diperoleh serbuk nata de pina kering.
3.2.2 Asetilasi selulosa
(Masaoka, 1993)
Selulosa
bakteri yang telah dihaluskan sebanyak 5 g ditambahkan 12 mL asam asetat
galsial dan diaduk selama 1 jam. Setelah 1 jam ditambahkan campuran 0.088 ml
asam sulfat pekat dan 20 mL asam asetat
glasial dan diaduk kembali selama 45 menit. Kemudian campuran ini didinginkan sampai
mencapai suhu 18,3°C baru ditambahkan 13,5 mL anhidrida asetat yang telah
didinginkan sampai mencapai suhu 15,6°C dan ditambahkan campuran 0,612 mL asam
sulfat pekat dengan 20 mL asam asetat glasial. Setelah itu campuran diaduk
selama 20 jam sampai terbentuk larutan. Tahap selanjutnya adalah ditambahkan 15
mL asam asetat 67% tetes demi tetes selama 1 jam sambil diaduk pada suhu 37,8°C.
Larutan dibiarkan selama 20 jam. Selanjutnya ditambahkan air sambil diaduk
sampai terbentuk endapan kemudian dibiarkan selama 10-15 menit. Endapan
disaring, dicuci dengan air sampai netral, dan disaring kembali. Setelah itu
endapan dikeringkan dalam oven pada suhu 50-60°C.
3.2.3 Analisis gugus fungsi
Sebanyak
1-2 mg serbuk selulosa asetat nata de pina dicampur dengan ±200 mg
serbuk KBr. Campuran digerus dengan mortar sampai halus dan homogen kemudian
ditekan sehingga membentuk pelet. Pelet dipindahkan ke tempat cuplikan dan
dilakukan analisa pada panjang gelombang 4000-500 cm-1.
3.2.4 Pembuatan membran
komposit CA-PS
Tahap
pertama diawali dengan pembuatan larutan polimer CA (15% [b/v]), PS (10% [b/v]) dalam pelarut campuran
diklorometana : aseton (1:1). Larutan dicampur dengan nisbah antara CA:PS
adalah 9:1. Larutan
diaduk dengan pengaduk magnetik hingga homogen. Kemudian larutan polimer
dituang di atas pelat kaca (18×18cm2) yang telah diberi selotip pada
kedua sisinya untuk mendapatkan ketebalan yang diinginkan, lalu dicetak dengan
cara menekan dan mendorong larutan tersebut hingga diperoleh lapisan tipis.
Selanjutnya polimer yang menempel pada pelat kaca ini dibiarkan selama 15–30
menit untuk menguapkan pelarut. Polimer tipis tersebut kemudian direndam dalam
air. Polimer tipis ini selanjutnya digunakan sebagai membran.
3.2.5 Karakterisasi membran
komposit CA-PS
3.2.5.1 Aplikasi pada alat “dead-end” dan penentuan fluks pemisahan
Sampel membran yang akan diuji dipotong berbentuk
lingkaran dengan diameter ±7 cm. Membran diletakkan dibagian bawah alat penguji
(sel filtrasi) yang sebelumnya telah dilapisi dengan kertas saring. Sebanyak
100 mL larutan feed metilen biru dimasukkan ke dalam alat, ditutup rapat
dan kemudian ke dalamnya dialirkan tekanan 1-5 kg/cm2. Volume
permeat yang dihasilkan dicatat setiap 5 menit selama 30 menit.
3.2.5.2 Penentuan koefisien rejeksi
3.2.5.2.1 Pembuatan kurva
kalibrasi
Standar metilen biru dibuat dengan variasi konsentrasi
10, 40, 70, 100, 130, 160, 190, 220, dan 250 ppm, ditambahkan larutan fenol 5% dan asam
sulfat pekat dengan perbandingan 1:1:5 ke dalam labu ukur 10 ml dan diencerkan
sampai tanda batas menggunakan
akuades kemudian diukur dengan spektrofotometer
visible.
3.2.5.2.2
Penentuan rejeksi sampel
Untuk mengetahui
konsentrasi metilen biru setelah dilewatkan membran, dilakukan pengukuran nilai
absorbansi dengan menggunakan instrument spektrofotometer UV-Visible. Nilai absorbansi yang diperoleh
dimasukkan pada persamaan regresi dari kurva kalibrasi, untuk selanjutnya dapat
dihitung koefisien rejeksinya.
3.2.5.3 Uji kuat tarik dan regangan
Kedua
ujung membran dijepit pada alat Autograph.
Salah satu ujung membran ditahan dengan kuat. Ujung lainnya ditarik sampai
membran putus, kemudian diukur gaya maksimumnya. Luasan membran ditentukan saat
dilakukan uji tarik.
3.2.5.4 SEM
Sampel
direkatkan pada permukaan suatu silinder logam steril berdiameter 1 cm dengan menggunakan
perekat ganda. Sampel dipreparasi dan dilapisi dengan logam emas dalam kondisi
vakum menggunakan sputter coating. Sampel kemudian dimasukkan ke
dalam instrumen dan dikondisikan dalam keadaan vakum, lalu diatur dan difoto
dengan perbesaran tertentu.
BAB
4. BIAYA DAN JADWAL
KEGIATAN
4.1
Anggaran
Biaya
No
|
Jenis
Pengeluaran
|
Biaya (Rp)
|
1
|
Peralatan
penunjang
|
3.125.000
|
2
|
Bahan
habis pakai
|
4.050.000
|
3
|
Transportasi
|
3.500.000
|
4
|
Pembuatan
Laporan
|
1.825.000
|
|
Jumlah
|
12.500.000
|
4.2
Jadwal
Kegiatan
No
|
Kegiatan
|
|
|
Bulan
|
|
|
|||||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|||||||||||||||||
1
|
Persiapan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
a. Pencarian bahan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
b. Persiapan alat
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Analisis Pendahuluan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Penelitian
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4
|
Laboratorium
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
a. Analisis Data
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
b. Pembuatan
Laporan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
DAFTAR PUSTAKA
Arifah, I. N., 2012, Sintesis dan
Karakterisasi Selulosa Asetat Dari Nata
de Banana Skin Dengan Metode Asetilasi, Skripsi,
Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.
Biro Pusat Statistik, 2005, Produksi
Buah-buahan Indonesia Jakarta, http://www. BPS.Go.Id, [diakses pada 24
Juli 2014].
Cowd, M. A., 1982, Polymer Chemistry, J. Murray, London.
Hang, P.T., dan
Brindley.G.W., 2006, Methylene Blue
Absorptionby Clay Minerals. Determination of surface areas and cation
exchange capacities, J. Clay and Clay
Minerals, 18 : 203-212.
Hamdaoui,
O., and Chiha, M., 2006, Removal of
Methylene Blue from Aqueous Solutions by Wheat Bran, Acta Chim. 54 :
407–418.
Kroscwitch, J. I., 1990, Concise of
Polymer Science and Engineering, John Wiley and Sons, New York.
Krystynowicz,
A., Bielecki, S.,
2001, Biosynthesis of bacterial cellulose and
its potential application in the different industries. http://216.239.53.10.4/ search?q=cache:i9ZFFPoDfYJ:www.biotechnology-pl.com/science/krysty
nowicz.htm+krystynowicz&hl+id&ie+UTF-8,
[diakses pada 24 Juli 2014].
Masaoka,
S. T. Ohe, Sakota, N.,
1993, Producting of cellulose from glucose by Acetobacter xylinum, Ferment
Bioeng, 75: 18-22.
Meenakshi,
P., Noorjahan, S.E., Rajini, R.,
Venkateswarlu, U., Rose, C.,
Sastry, T.P., 2001,
Mechanical and Microstructure Studies on The Modification of CA Film by
Blending with PS, Bull Mater Sci, 25:
25-29.
Mulder, M.,
1996, Basic Principles of Membrane
Technology, 2nd edition, Kluwer Academic Publisher, Netherland.
Murat, A.,
Meltem, A., Funa, S., Nadir, K., Ertugrul, A., Hikmet, S., 2006, Anovel Approach To The Hydrothermal Synthesis
of Anatase Titania Nanoparticles and The Photocatalytic Degradation of Rhodamin B, Turk Chem. : 333-343.
Prastowo, B. A.,
2008, Pembuatan Membran dari Selulosa Asetat dan Polietilen Glikol berat
Molekul 20.000 untuk Pemisahan Gas CO2 dan CH4, Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Putri, T. P., 2006, Ciri Membran Selulosa
Berpori Dari Sari Kulit Nanas, Skripsi, Departemen
Kimia FMIPA IPB, Bogor.
Scarlat, F.,
Niculescu, V. J. R., 2003, Methylene –
Blue Modified Polypirrole Film Elektrode for Optoelectronic Application, Journal
of Optoelectronics and Advanced Materials, 5 (1) : 109-114.
Scott,
K., Hughes, R., 1996, Industrial
Membrane Separation Technology, Blackie Academic and Professional, London.
Santoso, I., 1993, The Utilization of
pinaeapple peel for nata production. Sains
dan Teknologi, 1 : 31-34.
Somantri, R. U., 2003, Pengaruh Penambahan Formamide dan Lama Penguapan Pelarut
(Aseton) Terhadap Membran Selulosa Asetat, Skripsi, Fakultas Teknologi
Pertanian IPB, Bogor.
Soedarya, P., 2009, Budidaya Usaha Pengolahan Agribisnis Nanas, Pustaka Grafika,
Bandung.
Susanto, T., Adhitia,R., Yunianta,
2000, Pembuatan nata de pina dari kulit
nanas kajian dari sumber karbon dan pengenceran medium fermentasi, Teknologi Pertanian, 1: 56-66.
Trisnawati, T., 2008, Studi Adsorbsi
Karbon Mesopori Sintetik Terhadap Methilene
Blue, Skripsi,FMIPA Universitas Brawijaya, Malang.
Wenten, I.G., 1999, Teknologi Membran Industrial, Teknik Kimia ITB, Bandung.
Posting Komentar