''TUGAS TERSTRUKTUR PANCASILA DITINJAU DARI SEGI FILSAFAT''
TUGAS TERSTRUKTUR
PANCASILA DITINJAU DARI SEGI FILSAFAT
Oleh :
Irvan Maulana Firdaus (H1A011024)
Nouval Said Alwynni (H1A011031)
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
JURUSAN KIMIA
PURWOKERTO
2011
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Dalam
mempelajari filsafat Pancasila ada dua hal yang lebih dahulu kita pelajari
yaitu Pancasila dan Filsafat memeplajari Pancasila melalui pendekatan sejarah
supaya akan dapat mengetahui berbagai peristiwa yang terjadi dari waktu ke
waktu di tanah air kita Indonesia peristiwa – peristiwa yang saya maksudkan
adalah yang ada sangkut pautnya dengan Pancasila. Melalui pendekatan kami
berharap untuk mendapatkan data obyektif dapat menghasilkan kesimpulan yang
obyektif pula oleh karena manusia tidak mungkin menghilangkan sikap obyektif
sebagai salah satu bawaan kodrat, maka kami bersyukur bila mendapatkan
kesimpulan yang obyektif mungkin inter obyektif
Sejarah Pancasila tidak dapat dipisahkan dengan sejarah bangsa
Indonesia itu sendiri karena itu dalam tulisan ini kami mencoba mulai dari masa
kejayaan bahwa Indonesia merdeka yang kemidian mengalami penderitaan akibat
ulah kolonialisme sehingga timbul perjuangan bangsa Indonesia melawan
kolonialisme tersebut kemudian bangsa Indonesia berhasil meproklamasikan
kemerdekaan dan berhasil juga menjawab tanatangan tersebut serta mengisi
kemerdekaannya itu dengan pembangunnan. Dalam seluruh peristiwa tersebut
Pancasila mempunyai peranan penting
Mengingat
hal tersebut pertama tama secara runtun kai kemukakan peristwa penyususnan dan
perumusan Pancasila agar mengetahui bagaimana duduk persoalan yang sesungguhnya
sehingga masing – masing mendapat nilai yang wajar dan tidak I lupakan. Di samping
itu hal kedua yang kami anggap penting adalah pengamalan Pancasila. Kami
mengkonstatir bahwa pengmalan Pancasila telah dilakukan pada masa – masa
sebelum kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 bahkan juga sebelum masa tersebut.
- Rumusan Masalah
Dalam pembuatan karya tulis
ini dapat penulis rumuskan sebagai berikut:
1. Apa pengertian filsafat?
2. Apa kegunaan filsafat?
3. Apa fungsi filsafat?
4. Apa pengertian pancasila?
5. Apa saja unsur-unsur yang terkandung dalam
Pancasila?
6. Bagaimana pelaksanasan Pancasila di
Indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN
Istilah filsafat sudah tidak
asing lagi di dengarnya. Istilah ini dipergunakan dalam berbagai konteks tapi
kita harus tahu dulu apa itu filsafat dan fungsi filsafat serta kegunaan
filsafat. Dengan uraian yang singkat ini saya mengharapkan agar timbul kesan
pada diri kita bahwa filsafat adalah suatu yang tidak sukar dan dapat di
pelajari oleh semua orang di samping itu saya menghrapkan agar kita tak
beranggapan filsafat sebagai suatu hasil potensi belaka dan tidak berpijak
realita dengan cara ini saya mengharapkan dapat menggunakan sebagai modal untuk
memepelajari pancasila dari sudut pandang filsafat.
- Pengertian Filsafat
Istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani :
”philosophia”. Seiring perkembangan jaman akhirnya dikenal juga dalam berbagai
bahasa, seperti : ”philosophic” dalam kebudayaan bangsa Jerman, Belanda, dan
Perancis; “philosophy” dalam bahasa Inggris; “philosophia” dalam bahasa Latin;
dan “falsafah” dalam bahasa Arab.
Para
filsuf memberi batasan yang berbeda-beda mengenai filsafat, namun batasan yang
berbeda itu tidak mendasar. Selanjutnya batasan filsafat dapat ditinjau dari
dua segi yaitu secara etimologi dan secara terminologi.
Secara
etimologi, istilah filsafat berasal dari bahasa Arab, yaitu falsafah atau juga
dari bahasa Yunani yaitu philosophia – philien : cinta dan sophia :
kebijaksanaan. Jadi bisa dipahami bahwa filsafat berarti cinta
kebijaksanaan. Dan seorang filsuf adalah pencari kebijaksanaan, pecinta
kebijaksanaan dalam arti hakikat.
Pengertian
filsafat secara terminologi sangat beragam. Para filsuf merumuskan pengertian
filsafat sesuai dengan kecenderungan pemikiran kefilsafatan yang dimilikinya. Berikut
ini disajikan beberapa pengertian Filsafat menurut beberapa para ahli:
- Plato ( 428 -348 SM ) :
Filsafat tidak lain dari pengetahuan tentang segala yang ada.
- Aristoteles ( (384 – 322 SM)
: Bahwa kewajiban filsafat adalah menyelidiki sebab dan asas segala benda.
- Cicero ( (106 – 43 SM ) :
filsafat adalah sebagai ibu dari semua seni (the mother of all the arts)
- Johann Gotlich Fickte
(1762-1814 ) : filsafat sebagai Wissenschaftslehre (ilmu dari ilmu-ilmu , yakni
ilmu umum, yang jadi dasar segala ilmu. Ilmu membicarakan sesuatu bidang atau
jenis kenyataan. Filsafat memperkatakan seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu
mencari kebenaran dari seluruh kenyataan.
- Paul Nartorp (1854 – 1924 )
: filsafat sebagai Grunwissenschat (ilmu dasar hendak menentukan kesatuan
pengetahuan manusia dengan menunjukan dasar akhir yang sama, yang memikul
sekaliannya .
- Imanuel Kant (
1724 – 1804 ) : Filsafat adalah ilmu pengetahuan yange menjadi pokok dan
pangkal dari segala pengetahuan yang didalamnya tercakup empat persoalan.
1. Apakah yang
dapat kita kerjakan ?(jawabannya metafisika )
2. Apakah yang
seharusnya kita kerjakan (jawabannya Etika )
3. Sampai dimanakah
harapan kita ?(jawabannya Agama )
4. Apakah yang
dinamakan manusia ? (jawabannya Antropologi )
- Notonegoro: Filsafat
menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya dari sudut intinya yang mutlak, yang
tetap tidak berubah , yang disebut hakekat.
- Driyakarya : filsafat
sebagai perenungan yang sedalam-dalamnya tentang sebab-sebabnya ada dan
berbuat, perenungan tentang kenyataan yang sedalam-dalamnya sampai “mengapa
yang penghabisan “.
- Sidi Gazalba: Berfilsafat
ialah mencari kebenaran dari kebenaran untuk kebenaran , tentang segala sesuatu
yang di masalahkan, dengan berfikir radikal, sistematik dan universal.
- Harold H. Titus (1979 ): (1)
Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepecayaan terhadap kehidupan dan alam
yang biasanya diterima secara tidak kritis. Filsafat adalah suatu proses kritik
atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang dijunjung tinggi; (2)
Filsafat adalah suatu usaha untuk memperoleh suatu pandangan keseluruhan; (3)
Filsafat adalah analisis logis dari bahasa dan penjelasan tentang arti kata dan
pengertian ( konsep ); Filsafat adalah kumpulan masalah yang mendapat perhatian
manusia dan yang dicirikan jawabannya oleh para ahli filsafat.
- Hasbullah Bakry: Ilmu
Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai
Ke-Tuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan
tentang bagaimana sikap manusia itu sebenarnya setelah mencapai pengetahuan
itu.
- Prof. Mr.Mumahamd Yamin:
Filsafat ialah pemusatan pikiran , sehingga manusia menemui kepribadiannya
seraya didalam kepribadiannya itu dialamiya kesungguhan.
- Prof.Dr.Ismaun, M.Pd. :
Filsafat ialah usaha pemikiran dan renungan manusia dengan akal dan qalbunya
secara sungguh-sungguh , yakni secara kritis sistematis, fundamentalis,
universal, integral dan radikal untuk mencapai dan menemukan kebenaran yang
hakiki (pengetahuan, dan kearifan atau kebenaran yang sejati.
- Bertrand Russel: Filsafat
adalah sesuatu yang berada di tengah-tengah antara teologi dan sains.
Sebagaimana teologi , filsafat berisikan pemikiran-pemikiran mengenai
masalah-masalah yang pengetahuan definitif tentangnya, sampai sebegitu jauh,
tidak bisa dipastikan;namun, seperti sains, filsafat lebih menarik perhatian
akal manusia daripada otoritas tradisi maupun otoritas wahyu.
Dari semua
pengertian filsafat secara terminologis di atas, dapat ditegaskan bahwa
filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan memikirkan segala
sesuatunya secara mendalam dan sungguh-sungguh, serta radikal sehingga mencapai
hakikat segala situasi tersebut.
- Kegunaan Filsafat
Berdasarkan atas uraian
diatas, filsafat mempunyai kegunaan sebagai berikut:
a. Melatih diri untuk berfkir kritik dan runtuk dan menyusun hasil pikiran tersebut secara sistematik.
a. Melatih diri untuk berfkir kritik dan runtuk dan menyusun hasil pikiran tersebut secara sistematik.
b. Menambah pandangan dan
cakrawala yang lebih luas agar tidak berfikir dan bersifat sempit dan tertutup.
c. Melatih diri melakukan
peneltian, pengkajian dan memutuskan atau mengabil kesipulan mengenai suatu hal
secara mendalam dan komprehensif.
d. Menjadikan diri bersifat
dinamik dan terbuka dalam menghadapi berbagai problem.
e. Membuat diri menjadi
manusia yang penuh toleransi dan tenggang rasa.
f. Menjadi alat yang berguna bagi manusia baik untuk kepentngan prbadinya maupun dalam hubungan dengan orang lain.
g. Menyadari akan kedudukan manusia baik sebagai pribadi maupun hubungan dengan orang lain alam sekitar dan Tuhan Yang Maha Esa.
f. Menjadi alat yang berguna bagi manusia baik untuk kepentngan prbadinya maupun dalam hubungan dengan orang lain.
g. Menyadari akan kedudukan manusia baik sebagai pribadi maupun hubungan dengan orang lain alam sekitar dan Tuhan Yang Maha Esa.
- Fungsi Filsafat
Berdasarkan
sejara kelahirannya filsafat mula-mula berfungsi sebagai induk atau ibu ilmu
pengetahuan. Pada waktu itu belum ada ilmu pengetahuan lain sehingga filsafat
harus menjawab segala macam hal, soal manusia filsafat yang membicarakannya,
demikian pula soal masyarakat, soal ekonomi, soal negara, soal kesehatan dan sebagainya.
Kemudian karena berkembang keadaan dari masyarakat banyak problem yang tidak dapat dijawab lagim oleh filsafat. Lahirnya ilmu pengetahuan sanggup memberikan jawaban terhadap problem-problem tersebut, misalnya ilmu pengetahuan alam, Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan Ilmu Pengetahuan Kedokteran, Ilmu Pengetahuan Manusia, Pengetahuan Ekonomi dan lain-lain. Ilmu pengetahuan tersebut lalu berpecah-pecah lagi menjadi lebih khusus. Demikianlah lahirnya berbagai disiplin ilmu yang sangat banyak dengan kekhususannya masin-masing.
Kemudian karena berkembang keadaan dari masyarakat banyak problem yang tidak dapat dijawab lagim oleh filsafat. Lahirnya ilmu pengetahuan sanggup memberikan jawaban terhadap problem-problem tersebut, misalnya ilmu pengetahuan alam, Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan Ilmu Pengetahuan Kedokteran, Ilmu Pengetahuan Manusia, Pengetahuan Ekonomi dan lain-lain. Ilmu pengetahuan tersebut lalu berpecah-pecah lagi menjadi lebih khusus. Demikianlah lahirnya berbagai disiplin ilmu yang sangat banyak dengan kekhususannya masin-masing.
Spesialisasi
terjadi sedemikian rupa sehingga hubungan antara cabang dan ranting ilmu
pengetahuan sangat kompleks. Hubungan-hubungan tersebut ada yang masih dekat
tetapi ada pula yang telah jauh. Bahkan ada yang seolah-oleh tidak mempunyai
hubungan. Jika ilmu-ilmu pengetahuan tersebutterus bersusaha memperdalam
dirinya akhirnya sampai juga pada filsafat. Sehubungan dengan keadaan tersebut
diatas filsafat dapat berfungsi sebagai interdisipliner sistim. Filsafat dapat
berfungsi menghubungkan ilmu-ilmu pengetauhuan yang telah kompleks tersebut.
Filsapat dapat berfungsi sebagai tempat bertemunya berbagai disiplin ilmu
pengetahuan.
Cara ini
dapat pula di gunakan untuk menyelesaikan masalah yang ada. Cara ini dapat saya
gambarkan sepertiorang sedang meneliti sebuah pohon wajib meneliti ke seluruh
pohon tersebut, ia tidak hanya meperhatikan daunnya, pohonnnya akarnya,
bunganya, buahnya dan sebagian lagi, akan tetapi keseluruhannya dalam
menghadapi suatu masalah diharapkan menggunakan berbaga disiplin untuk
mengatasinya. Misalnya ada problem sosial tentang kenaikan tngkat kejahatan.
Hal ini belum dapat di selesaikan dengan tuntas jika hanya menghukum para
pelangarnya saja. Di samping itu perlu di cari sebab pokok. Langkah ini mungkin
dapat menemukan berbagai sebab yang saling berkaiatan satu sama lain, misalnya
adanya tuna karya, tuna wisma, urbanisasi, kelenbihan penduduk, kurangnya
lapangan kerja dan sebagainya. Dari penemuan ini dapat kita ketahui bahwa
masalah kejahatan menyangkut berbagai disiplin. Oleh karena itu untuk mengatasi
hal tersebut harus dilakukan pula oleh berbagai disiplin
- Pengertian Pancasila
Arti Pancasila berasal dari bahasa sansekerta India
(kasta brahmana). sedangkan menurut Muh Yamin, dalam bahasa sansekerta ,
memiliki dua macam arti secara leksikal yaitu : panca : yang artinya lima,
syila : vokal i pendek, yang artinya batu sendi, alas. Syiila vokal i panjang
artinya peraturan tingkah laku yang baik atau penting.
kata kata tersebut kemudian dalam bahasa indonesia terutama bahasa jawa diartikan “susila” yang memiliki hubungan dengan moralitas. oleh karena itu secara etimologi kata “pancasila” yang dimaksud adalah istilah “pancasyila” dengan vokal i yang memiliki makna leksikal “berbatu sendi lima” atau secara harfiah “dasar yang memiliki lima unsur”. adapun istilah “pancasyiila” dengan huruf Dewanagari i bermakna “lima aturan tingkah laku yang penting”.
kata kata tersebut kemudian dalam bahasa indonesia terutama bahasa jawa diartikan “susila” yang memiliki hubungan dengan moralitas. oleh karena itu secara etimologi kata “pancasila” yang dimaksud adalah istilah “pancasyila” dengan vokal i yang memiliki makna leksikal “berbatu sendi lima” atau secara harfiah “dasar yang memiliki lima unsur”. adapun istilah “pancasyiila” dengan huruf Dewanagari i bermakna “lima aturan tingkah laku yang penting”.
Perkataan
pancasila mula-mula terdapat dalam perpustakaan Budha India. ajaran budha
bersumber pada kitab suci Tri Pitaka dan Vinaya pitaka, yang kesemuanya itu
merupakan ajaran moral untuk mencapai surga. ajaran pancasila menurut Budha
adalah merupakan lima aturan (larangan) atau five moral principles, yang harus
ditaati dan dilaksanakan oleh para penganutnya. adapun isi lengkap larangan itu
adalah :
Panatipada veramani sikhapadam samadiyani, artinya “jangan mencabut nyawa makhlum hidup” atau dilarang membunuh.
Dinna dana veramani shikapadam samadiyani, artinya “jangan mengambil barang yang tidak diberikan.” maksudnya dilarang mencuri.
Kameshu micchacara veramani shikapadam samadiyani, artinya jangan berbuat zina. Musawada veramani shikapadam samadiyani, artinya jangan berkata bohong atau dilarang berdusta. Sura merayu masjja pamada tikana veramani, artinya janganlah minum-minuman yang memabukkan.
Panatipada veramani sikhapadam samadiyani, artinya “jangan mencabut nyawa makhlum hidup” atau dilarang membunuh.
Dinna dana veramani shikapadam samadiyani, artinya “jangan mengambil barang yang tidak diberikan.” maksudnya dilarang mencuri.
Kameshu micchacara veramani shikapadam samadiyani, artinya jangan berbuat zina. Musawada veramani shikapadam samadiyani, artinya jangan berkata bohong atau dilarang berdusta. Sura merayu masjja pamada tikana veramani, artinya janganlah minum-minuman yang memabukkan.
Nilai
nilai pancasila secara intrinsik bersifat filosofis, dan di dalam kehidupan
masyarakat indonesia nilai pancasila secara praktis merupakan filsafat hidup
(pandangan hidup). nilai dan fungsi filsafat pancasila telah ada jauh sebelumindonesia
merdeka. hal ini dibuktikan dengan sejarah majapahit (1293). pada waktu itu
hindu dan budha hidup berdampingan dengan damai dalam satu kerajaan. Empu
prapanca menulis “negara kertagama” (1365). Dalam kitab tersebut telah terdapat
istilah “pancasila”.
Empu
tantular yang mengarang buku “sutasoma” yang di dalamnya memuat seloka yang
berbunyi : “Bhineka Tunggal ika tan Hana Dharma Mangrua”, artinya walaupun
berbeda namun satu jua adanya, sebab ada tidak agama yang memiliki Tuhan yang
berbeda. Hal ini menunjukkan adanya realitas kehidupan agama pada saat itu,
yaitu agama Hindu dan Budha. bahkan salah satu kerajaan yang menjadi
kekuasaannya yaitu pasai jutru telah memeluk agama islam.
Sumpah
palapa yang diucapkan Mahapatih Gadjah mada dalam sidang ratu dan para menteri
di pasebahan keprabuan Majapahit pada tahun 1331, yang berisi cita-cita
mempersatukan seluruh nusantara raya sebagai berikut : “Saya baru akan berhenti
berpuasa makan palapa, jikalau seluruh nusantara bertakhluk di bawah kekuasaan
negara, jikalau gurun, seram, tanjungpura, Haru, pahang, Dempo, Bali, Sunda,
palembang, tumasik telah dikalahkan” (Yamin ; 1960:60).
Dalam
kehidupan bangsa indonesia diakui bahwa nilai pancasila adalah pandangan hidup
(filsafat hidup) yang berkembang dalam sosio-budaya Indonesia. nilai pancasila
dianggap sebagai nilai dasar dan puncak (sari-sari) budaya bangsa, karenanya
nilai ini diyakini sebagai jiwa dan kepribadian bangsa.
Sebagai
ajaran filsafat, pancasila mencerminkan nilai dan pandangan mendasar dan hakiki
rakyat indonesia dalam hubungannya dengan sumber kesemestaan, yakni Tuhan Yang
Maha Esa sebagai asas fundamental dalam kesemestaan yang kemudian juga
dijadikan fundamental kenegaraan yaitu negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha
Esa. demikian pula asas kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuanindonesia
dan seterusnya dimana nilai nilai tersebut secara bulat dan utuh mencerminkan
asa kekeluargaan, cinta sesama dan cinta keadilan.
berdasarkan asa-asa fundamental ini, maka disarikan pokok-pokok ajaran filsafat pancasila menurut Lapasila IKIP Malang (yang saat ini menjadi Universitas Malang) sebagai berikut:
berdasarkan asa-asa fundamental ini, maka disarikan pokok-pokok ajaran filsafat pancasila menurut Lapasila IKIP Malang (yang saat ini menjadi Universitas Malang) sebagai berikut:
1. Tuhan Yang Maha Esa
2. Budinurani manusia
3. Kebenaran
4. Kebenaran dan keadilan
5. Kebenaran dan keadilan bagi
bangsa Indonesia.
Dalam
perkembangan selanjutnya pancasila tetap tercantum dalam pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 yang susunan sila-silanya sebagai berikut:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan
beradab
3. Persatuan Indonesia
4.Kerakyatan
yang dipimpin oleh Hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat indonesia
- Unsur-unsur Pancasila
Jika
pejuang bangsa Indonesia itu kita teliti dengan seksama maka unsur – unsur
Pancasila merupakan semangat dan jiwa perjuangan tersebut diantaranya:
a. Unsur
Ketuhanan. Pada hakikatnya penjajahan bertentangan dengan ajaran tuhan. Karena
penjaahan tidak mengenal cinta kash dan sayang sebagai mana di ajarkan oleh
tuhan. Oleh karena itu perlawanan terhadap kolonialisme ada yang di dorong oleh
keyakinan melaksanakan tugas – tugas agama.
b. Unsur
Kemanusiaan. Penjajahan tidak mengenal peri kemanusiaan. Penjajahan pada
hakikatnya adalah hendak menemukan kembali nilai – nilai kemanusiaan yang telah
di hancurkan oleh penjajah.
c. Unsur
Persatuan. Di dalam kenyataan memang bangsa Indonesia I pecah- pecah oleh
penjajah. Meskipun demikian bangsa Indonesia menyadari bahwa perpecahan akan
mengakibatkan keruntuhan sebagaimana semboyan yang berbunyi bersatu kita teguh
bercerai kita runtuh. Oleh karena itu bagaimanpun juga persatuan sebagai
senjata ampuh tidak hancur sama sekali.
d. Unsur
Kerakyatan. Kemerdekaan adalah hak segala bangsa penjajahan di atas dunia harus
dihapuskan karena tidak sesua denga peri peri keadilan penjajahan bertentangan
dengan kemerdekaan dan kebebasan.
e. Unsur
Keadilan. Di atas sudah di sebutkan bahwa penjajahan tidak sesuai dengan peri
kemanusiaan dan peri keadilan. Hal ini terbukti pada pengalaman bangsa
Indonesia yang selama I jaah tidak pernah di perlakukan adil. Apalagi untuk mendapatkan
pendidikan sebagaimana mestinya sangat di persukar.
- Pelaksanaan Pancasila
Pancasila
yang unsur – unsurnya di gali dari bangsa Indonesia sendiri kemudian di terima
bulat oleh bangsa Indonesia menjadi Dasar Filsafat Negara Republik Indonesia
harus di laksanakan
Pelaksanaan Pancasila ada dua macam yaitu:
Pelaksanaan Pancasila ada dua macam yaitu:
a. Pelaksanaan Obyektif
Pelaksanaan
obyektif adalah pelaksanaan Pancasila di dalam semua peraturan dari yang
tertinggi sampai terendah yaitu Undang - Undang Dasar 1945 dan peraturan
–peraturan hukum yang ada di bawahnya. Seluruh kehidupan kenegaraan dan
kemasyarakatan serta segala tertib hokum di Indonesia harus di dasarkan atas
Pancasila.
b. Pelaksanaan Subyektif
Pelaksanaan
subyektif adalah pelaksanaan di dalam diri setiap orang Indonesia yaitu penguasa,
warga negara dan setiap orang yang berhubungan dengan Indonesia.
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
Setelah
menguraikan masalah dalam setiap babnya dapat diambil kesimpulan bahwa unsur –
unsur Pancasila memang telah di miliki dan di jalankan oleh bangsa Indonesia
sejak dahulu. Oleh karena bukti – bukti sejarah sangat beraneka ragam wujudnya
maka perlu diadakan analisa yang seksama. Karena bukti – bukti sejarah sebagian
ada yang berupa symbol maka diperlukan analisa yang teliti dan tekun berbagai
bahan – bahan bukti itu dapat diabstaksikan sedemikian rupa sehingga diperoleh
hasil – hasil yang memadai. Melalui cara – cara tersebut hasilnya dapat
bersifat kritik dan tentu saja ada kemungkinan yang bersifat spekulatif.
Demikian pula ada unsur – unsur yang di suatu daerah lebih menonjol dari daerah
lain misalnya tampak pada perjuangan bangsa Indonesia dengan peralatan yang
sederhana serta tampak pada bangunan dan tulisan dan perbuatan yang ada.
Contoh –
contoh yang saya tulis diatas, merupakan sebagian bukti atas perjuangan bangsa
Indonesia sebagai sejarah bukti – bukti atas peninggalan zaman dahulu misalnya
arti dari tiap – tiap bangunan isi dan dan setiap buku tulisan serta lukisan
makna dari pembuatan yang ada dengan mengemukakan contoh – contoh ini saya
mengharapkan dapat menimbulkan rangsangan untuk elakukan penelitian yang
seksama terutama dalam rangka mempelajari filsafat Pancasila dalam tulisan ini
setidak – tidaknya saya dapat menyatakan bahwa unsur – unsur Pancasila berasal
dari bangsa Indonesia sendiri dan bukan jiplakan dari luar. Unsur – unsur itu
telah ada sebelum tanggal 17 Agustus 1945, bahkan sebelum datangnya kau
penjajah dan pernah berfungsi secara sempurna.
- Saran
Dalam makalah
ini penulis berkeinginan memberikan saran kepada pembaca. Dalam pembuatan makalah
ini penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan – kekurangan baik
dari bentuk maupun isinya:
- Penulis menyarankan kepada pembaca agar ikut peduli dalam mengetahui sejauh mana pembaca mempelajari tentang filsafat Pancasila.
- Semoga dengan makalah ini para pembaca dapat menambah cakrawala ilmu pengetahuan.
- Penulis menyarankan kepada pembaca agar ikut peduli dalam mengetahui sejauh mana pembaca mempelajari tentang filsafat Pancasila.
- Semoga dengan makalah ini para pembaca dapat menambah cakrawala ilmu pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
Notosoetarjo, Achmad. 1962. Kepribadian
Revolusi Bangsa Indonesia.
Notonagoro. Pancasila
Dasar Filsafat Negara RI I.II.III.
Russel, Betrand. 2002. Sejarah
Filsafat Barat dan Kaitannya dengan kondisi sosio-politik dari zaman kuno
hingga sekarang (alih Bahasa Sigit jatmiko, dkk ). Pustaka Pelajar:Yogyakarta.
Saleh,
K.Wantjik. 1978. Kitab Kumpulan Peraturan Perundang RI. PT. Gramedia: Jakarta.
Soediman
Kartohadiprojo. 1970. Beberapa Pikiran
Sekitar Pancasila. Bandung Alumni.
Sudrajat,
Akhmad. 2008. Pengertian Pancasila.
Diakses tanggal 29 Oktober 2010.
Label:
Pancasila
'' BAGIAN - BAGIAN MIKROSKOP''
BAGIAN - BAGIAN MIKROSKOP
LENSA OKULER, yaitu lensa yang dekat dengan mata pengamat lensa ini berfungsi untuk membentuk bayangan maya, tegak, dan diperbesar dari lensa objektif
LENSA OBJEKTIF, lensa ini berada dekat pada objek yang di amati, lensa ini membentuk bayangan nyata, terbalik, di perbesar. Di mana lensa ini di atur oleh revolver untuk menentukan perbesaran lensa objektif.
TABUNG MIKROSKOP (TUBUS), tabung ini berfungsi untuk mengatur fokus dan menghubungan lensa objektif dengan lensa okuler.
MAKROMETER (PEMUTAR KASAR), makrometer berfungsi untuk menaik turunkan tabung mikroskop secara cepat.
MIKROMETER (PEMUTAR HALUS), pengatur ini berfungsi untuk menaikkan dan menurunkan mikroskop secara lambat, dan bentuknya lebih kecil daripada makrometer.
REVOLVER, revolver berfungsi untuk mengatur perbesaran lensa objektif dengan cara memutarnya.
REFLEKTOR, terdiri dari dua jenis cermin yaitu cermin datar dan cermin cekung. Reflektor ini berfungsi untuk memantulkan cahaya dari cermin ke meja objek melalui lubang yang terdapat di meja objek dan menuju mata pengamat. Cermin datar digunakan ketika cahaya yang di butuhkan terpenuhi, sedangkan jika kurang cahaya maka menggunakan cermin cekung karena berfungsi untuk mengumpulkan cahaya.
DIAFRAGMA, berfungsi untuk mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk.
KONDENSOR, kondensor berfungsi untuk mengumpulkan cahaya yang masuk, alat ini dapat putar dan di naik turunkan.
MEJA MIKROSKOP, berfungsi sebagai tempat meletakkan objek yang akan di amati.
PENJEPIT KACA, penjepit ini berfungsi untuk menjepit kaca yang melapisi objek agar tidak mudah bergeser.
LENGAN MIKROSKOP, berfungsi sebagai pegangang pada mikroskop.
KAKI MIKROSKOP, berfungsi untuk menyangga atau menopang mikroskop.
SENDI INKLINASI (PENGATUR SUDUT), untuk mengatur sudut atau tegaknya mikroskop.
''PKM GT : SITOGA (Komposit Kitosan-Tembaga)''
USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
SITOGA (Komposit Kitosan-Tembaga) : Solusi Penanggulangan Limbah Batik Sokaraja Banyumas Menuju Kelestarian Lingkungan
BIDANG KEGIATAN:
PKM-GAGASAN ILMIAH
Diusulkan Oleh :
Lely Zikri Zulhidayah
|
H1A013056 (Angkatan 2013)
|
Irvan Maulana Firdaus
|
H1A011024 (Angkatan 2011)
|
Oto Dwi Wibowo
|
H1A013046 (Angkatan 2013)
|
Dyah Ayu Septiarini
|
H1A013049 (Angkatan 2013)
|
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2014
RINGKASAN
Perkembangan industri di Indonesia selain memberikan dampak positif juga memberikan dampak negatif bagi lingkungan diantaranya pencemaran air yang diakibatkan oleh zat warna limbah batik yang sulit diuraikan secara hayati. Industri batik Sokaraja merupakan industri kecil yang belum memiliki pengolahan limbah, sehingga limbah dibuang langsung ke selokan atau sungai. Karya tulis ini bertujuan untuk mengatasi permasalahan limbah batik di daerah Sokaraja Banyumas dab mengaplikasikan serta memanfaatkan zat adsorben Kitosan-Tembaga(II) dalam berbagai industri batik di daerah Sokaraja Banyumas. Kitosan merupakan salah satu resin alami yang dapat dibuat dari kulit, kepala dan kaki udang. Kitosan merupakan polimer alami yang bersifat non toksis, lebih ramah lingkungan dan mudah terdegradasi secara alami. Kitosan memiliki gugus amino (-NH2), merupakan sisi aktif yang dalam kondisi asam berair, akan menangkap H+ dari lingkungannya sehingga gugus aminonya terprotonasi menjadi –NH3+. Muatan positif –NH3+ ini dapat dimanfaatkan untuk mengadsorpsi zat warna anionik sementara adsorpsi zat warna kationik dan kation logam memanfaatkan keberadaan pasangan elektron bebas pada gugus –OH dan –NH3 yang bertindak sebagai ligan dan dapat berinteraksi dengan zat warna kationik atau kation logam melalui mekanisme pembentukan ikatan kovalen koordinasi (kompleks). Pembuatan kitosan dan turunannya dilakukan untuk meningkatkan sifatnya sehingga memperluas potensi aplikasinya.
Metode penulisan yang diterapkan oleh penulis dalam gagasan tertulis ini adalah metode penalaran, kemudian merujuk pada hasil penelitian, referensi berbagai literatur dan mengidentifikasi dari berbagai sumber data serta informasi dari internet. Langkah – langkah yang digunakan untuk mengimplementasikan gagasan SITOGA yaitu : pengumpulan bahan, pengambilan sampel limbah batik Sokaraja Banyumas, sintesis kitosan dari kulit udang, mofidikasi kitosan menjadi Kitosan-Tembaga(II) dan pengujian keefektifannya dalam mengadsorpsi zat warna, sosialisasi kepada berbagai industri batik di daerah Sokaraja Banyumas melalui LPPM UNSOED, bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas dalam pembuatan komposit Kitosan-Tembaga(II) serta pembuatan alat dalam skala besar. Gagasan SITOGA merupakan alternatif yang baik karena kitosan yang dimodifikasi memiliki kemampuan adsopsi terhadap zat warna. Selain itu modifikasi turunan kitosan dengan logam dapat meningkatkan sifatnya sehingga dapat memperluas potensi aplikasinya sebagai adsorben.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan industri di Indonesia banyak memberikan dampak bagi kehidupan baik dampak positif maupun negatif. Dampak negatif perkembangan industri salah satunya adalah pencemaran air akibat limbah zat warna. Zat warna banyak digunakan pada industri pakaian, kertas, plastik, kulit, makanan, dan kosmetik untuk menghasilkan produk yang berwarna. Zat warna biasanya memiliki struktur molekul kompleks aromatik yang membuatnya lebih stabil sehingga sulit untuk diurai secara hayati (Christina et al., 2007). Zat warna yang digunakan pada proses pewarnaan kain pada industri batik merupakan salah satu pencemar organik yang bersifat non-biodegradable. Zat warna seperti metilen biru, Rhodamin B, dan metil jingga sering digunakan pada proses produksi baik karena harganya ekonomis dan mudah diperoleh. Penggunaan zat-zat warna tersebut dapat menimbulkan beberapa efek, seperti iritasi saluran pencernaan jika tertelan, menimbulkan sianosis jika terhirup, dan iritasi pada kulit jika tersentuh oleh kulit (Hamdaoui et al., 2006). Pada tahun 2009, tercatat terdapat 25 unit usaha pembatikan di Sokaraja, kabupaten Banyumas dengan kapasitas produksi sebesar 59.904 per tahun (SIPD Kab. Banyumas, 2010). Industri batik di Sokaraja kebanyakan merupakan industri kecil dan industri rumah tangga yang belum memiliki pengolahan limbah sehingga air limbah hasil pembatikan langsung di buang ke selokan ataupun sungai. Berdasarkan penelitian oleh BALITBANG Provinsi Jateng (2007), diperoleh data limbah batik Sokaraja mengandung 0,344 ppm zat warna Rhodamin B sedangkan dalam Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 dinyatakan kandungan zat warna memiliki ambang batas yaitu masing-masing 0,1 ppm. Limbah batik yang langsung dibuang ke perairan dapat mencemari air sumur sehingga air yang digunakan menjadi tidak layak pakai karena keruh, berwarna serta berbau. Oleh karena itu, diperlukan penanganan yang serius untuk mengatasi masalah pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh zat warna.
Metode pengolahan limbah yang bisa digunakan adalah metode adsorpsi. Metode adsorpsi diketahui lebih sederhana dan mudah digunakan serta lebih murah dibandingkan dengan proses fisika dan kimia yang lainnya. Teknik adsorpsi telah digunakan secara efektif untuk menghilangkan polutan logam dan zat warna pada limbah (Li et al., 2011). Zat adsorpsi yang digunakan adalah Kitosan–Tembaga(II). Hal ini dikarenakan modifikasi kimia kitosan dan turunannya meningkatkan sifat adsorpsi dan memperluas potensi aplikasinya (Li et al., 2011). Berbagai penelitian telah dilakukan mengenai pembuatan komposit kitosan dan turunannya dalam berbagai aplikasi, contohnya penggunaan Kitosan-Kobalt(II) dan Kitosan-Nikel(II) sebagai antibakteri. Hasilnya semua khelat kitosan-logam menunjukan spektrum yang luas dari efektif aktivitas antibakteri yang lebih baik daripada kitosan bebas dan ion logam individu (Adewuyi et al., 2011). Berdasarkan uraian tersebut, gagasan tentang pembuatan komposit Kitosan-Tembaga(II) dan aplikasinya untuk adsorpsi zat warna perlu diterapkan untuk menanggulangi permasalahan limbah batik Sokaraja Banyumas.
Tujuan
1. Mengatasi permasalahan limbah batik di daerah Sokaraja Banyumas.
2. Mengaplikasikan serta memanfaatkan zat adsorben Kitosan-Tembaga(II) dalam berbagai industri batik di daerah Sokaraja Banyumas.
Manfaat
Manfaat penelitian ini yaitu memberikan solusi pengolahan limbah cair industri batik untuk mengurangi pencemaran lingkungan dengan cara adsorpsi zat warna.
GAGASAN
Kondisi kekinian pencetus gagasan
Salah satu sungai yang berada di kota Banyumas telah diteliti dan hasilnya tergolong kelas D atau kategori tercemar berat akibat limbah cair industri batik. Parameter fisik-kimiawi air yang melebihi baku mutu lingkungan adalah TSS 51,4-56,6 mg/l, BOD4,6-9,3 mg/l, COD 70,3-102 mg/l, DO 1,8-2,26 mg/l, Krom(VI) 0.06-01 mg/l, dan belerang sebagai H2S 0,1-0,12 mg/l. Analisis hewan makrobentos menunjukkan penurunan jumlah spesies yaitu 20 jenis di stasiun 1, 19 jenis di stasiun 2, 15 jenis di stasiun 3 dan 14 jenis di stasiun 4, tetapi kepadatan makrobenthos di setiap stasiun semakin meningkat. Kepadatan makrobenthos seperti Tubifex sp. dan Pleurocera acuta meningkat sesuai dengan peningkatan kadar BOD dan penurunan kadar DO, serta persepsi masyarakat yang membiarkan perairan kali menjadi tercemar menyebabkan keanekaragaman makrobenthos menurun (Rahayu, 2012).
Limbah batik Sokaraja mengandung 0,344 ppm zat warna Rhodamin B (Riyani, 2007). Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 dinyatakan kandungan zat warna memiliki ambang batas yaitu masing-masing 0,1 ppm. Berdasarkan data diatas, kadar Rhodamin B yang melebihi ambang batas akan sangat berpengaruh terhadap lingkungan serta kualitas air dikarenakan limbah cair industri batik Sokaraja langsung dibuang ke perairan tanpa diolah terlebih dahulu.
Solusi yang pernah ditawarkan atau diterapkan sebelumnya untuk memperbaiki keadaan pencetus gagasan
Solusi yang pernah ditawarkan sebelumnya adalah pengolahan limbah cair baik secara biologi, kimia, fisika, maupun kombinasi antara ketiga proses tersebut. Beberapa penelitian penghilangan warna yang ada dalam limbah cair industri batik telah banyak dilakukan, misalnya dengan cara kimia antara lain degradasi warna dengan reaksi oksidasi, reaksi anaerob dan reaksi fotokatalisis. Secara fisika dengan koagulasi, sedimentasi, adsorpsi menggunakan karbon aktif, silika dan biomaterial. Cara pengolahan limbah dengan cara koagulasi, sedimentasi memiliki efisiensi yang baik dalam pengolahan limbah tetapi juga menimbulkan limbah baru, yaitu flok/ koagulan yang tidak dapat digunakan lagi. Penggunaan karbon aktif untuk menghilangkan warna juga memerlukan biaya yang cukup tinggi karena harga karbon aktif relatif mahal. Penggunaan reaksi fotokatalisis membutuhkan biaya yang cukup tinggi karena harga reagen fotokatalisis seperti TiO2 cukup mahal, selain itu diperlukan perlakuan lebih lanjut terhadap TiO2 setelah proses dekolorisasi zat warna selesai. Pengolahan limbah cair dengan menggunakan proses biologi juga banyak diterapkan untuk mereduksi zat warna limbah cair industri batik. Namun efisiensi penghilangan warna melalui proses biologi ini seringkali tidak memuaskan, karena zat warna mempunyai sifat tahan terhadap degradasi biologi (recalcitrance). Untuk mengatasi masalah di atas diperlukan alternatif baru untuk mengolah limbah cair indutri batik yang efektif dan efisien dalam menurunkan polutan organik dan zat warna.
Seberapa jauh kondisi kekinian pencetus gagasan dapat diperbaiki melalui gagasan yang diajukan
Masalah yang ditimbulkan dari limbah batik perlu adanya penanganan yang serius. Zat warna dalam limbah batik dapat diatasi dengan komposit Kitosan-Tembaga(II) sebagai senyawa adsorpsi zat warna limbah batik Sokaraja. Kitosan merupakan produk turunan dari polimer kitin yakni produk samping limbah dari pengolahan industri perikanan, khususnya udang, kepiting dan rajungan. Kitosan mempunyai sifat biodegradable yaitu mudah terurai secara hayati, tidak beracun, dapat larut dalam larutan asam organik encer tetapi tidak larut dalam air, larutan alkali pada pH di atas 6,5 dan pelarut organik lainnya. Limbah udang memiliki potensi yang besar untuk diolah menjadi kitosan karena ketersediaan limbah udang sebagai bahan baku cukup besar dan mudah diperoleh (Widodo, 2006). Karena limbah udang tidak dipergunakan, maka limbah udang bisa dimanfaatkan untuk menjadi kitosan dan dimodifikasi dengan Tembaga untuk meningkatkan daya adsorpsinya. Adsopsi dengan bahan dasar limbah kulit udang akan jauh lebih murah dan efisien.
Kitosan memiliki gugus amino (-NH2), merupakan sisi aktif yang dalam kondisi asam berair, akan menangkap H+ dari lingkungannya sehingga gugus aminonya terprotonasi menjadi –NH3+. Muatan positif –NH3+ ini dapat dimanfaatkan untuk mengadsorpsi zat warna anionik sementara adsorpsi zat warna kationik dan kation logam memanfaatkan keberadaan pasangan elektron bebas pada gugus –OH dan –NH3 yang bertindak sebagai ligan dan dapat berinteraksi dengan zat warna kationik atau kation logam melalui mekanisme pembentukan ikatan kovalen koordinasi (kompleks) (Sugita et al., 2009). Kitosan mempunyai kemampuan adsorpsi yang lebih tinggi untuk adsorpsi pewarna daripada karbon aktif. Kitosan menjadi salah satu adsorben yang paling populer untuk menghilangkan ion logam dan pewarna serta secara luas digunakan dalam aplikasi pengolahan air limbah. Gugus para amino (-NH2) dan hidroksi (-OH) pada rantai kitosan dapat berfungsi sebagai sisi koordinasi dan sisi reaksi (Li et al., 2011).
Modifikasi kimia terhadap kitosan dan turunannya dilakukan untuk meningkatkan sifatnya sehingga memperluas potensi aplikasinya. Dalam gagasan ini “SITOGA (Komposit Kitosan-Tembaga) : Solusi Penanggulangan Limbah Batik Sokaraja Banyumas Menuju Kelestarian Lingkungan” diharapkan mampu mengurangi kadar zat warna dalam limbah cair hasil dari industri batik Sokaraja Banyumas.
Pihak-pihak yang dipertimbangkan dapat membantu mengimplementasikan gagasan dan uraian peran atau kontribusi masing-masingnya
Dalam hal ini, pihak yang bersangkutan untuk menerapkan program ini antara lain Laboratorium Kimia Jurusan MIPA Fakultas Sains dan Teknik Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) sebagai tempat dilakukannya penelitian, Laboratorium Riset Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED).
Dalam proses penyediaan bahan baku yaitu kitosan, Tembaga(II) dan bahan kimia lainnya, untuk Tembaga(II) dan bahan kimia lainnya kami akan terjun langsung dengan penjual bahan-bahan kimia yang terdaftar di daerah Purwokerto, sedangkan untuk penyediaan kitin sebagai bahan baku pembuatan kitosan kami akan bekerja sama dengan nelayan yang berada di daerah pantai Cilacap, Jawa Tengah. Kitin yang akan kami gunakan adalah yang berasal dari limbah kulit udang jerbung, maka dari itu kami akan bekerja sama dengan nelayan yang berada di daerah pantai Cilacap, Jawa Tengah karena kabupaten Cilacap merupakan salah satu sentra perikanan di Indonesia dengan produksi perikanan yang utama salah satunya adalah udang, dengan hasil tangkapan mayoritas adalah udang Penaidae. Sumberdaya udang Penaidae di perairan Cilacap sebagian besar merupakan jenis udang jerbung (Penaeus merguensis) dan udang dogol (Metapenaeus enevouri dan Metapenaeus ensis) (Pangesti, 2011). Adapun mengenai sampel limbah batik Sokaraja akan diperoleh langsung dari pusat pembatikan di Sokaraja, Banyumas. LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat) UNSOED yang berfungsi untuk mengembangkan dan mensosialisasikan adsorben “SITOGA (Komposit Kitosan-Tembaga) : Solusi Penanggulangan Limbah Batik Sokaraja Banyumas Menuju Kelestarian Lingkungan” kepada industri batik Sokaraja Banyumas. Terakhir adalah industri batik di daerah Sokaraja Banyumas sebagai wadah mengaplikasikan gagasan “SITOGA (Komposit Kitosan-Tembaga) : Solusi Penanggulangan Limbah Batik Sokaraja Banyumas Menuju Kelestarian Lingkungan”.
Langkah-langkah strategis yang harus dilakukan untuk mengimplementasikan gagasan sehingga tujuan atau perbaikan yang diharapkan dapat tercapai
Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengimplementasikan gagasan yaitu: pengumpulan bahan, pengambilan sampel limbah batih Sokaraja, sintesis kitosan dari kulit udang, mofidikasi kitosan menjadi Kitosan-Tembaga(II) dan pengujian keefektifannya dalam mengadsorpsi zat warna. Langkah pengumpulan bahan dan pengambilan sampel limbah batik Sokaraja telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Setelah kitosan dimofidikasi menjadi Kitosan-Tembaga(II), kami dapat mensosialisasikan gagasan “SITOGA (Komposit Kitosan-Tembaga) : Solusi Penanggulangan Limbah Batik Sokaraja Banyumas Menuju Kelestarian Lingkungan” kepada berbagai industri batik di daerah Sokaraja Banyumas melalui LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat) UNSOED kemudian bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas dalam pembuatan komposit Kitosan-Tembaga(II) serta pembuatan alat dalam skala besar agar kemudian dapat diaplikasikan ke industri-industri batik Sokaraja Banyumas untuk dimanfaatkan sebagai pengadsorpsi zat warna pada limbah batik yang mereka buang.
KESIMPULAN
Melihat angka ketergantungan masyarakat Sokaraja Banyumas akan industri batik sebagai peningkatan perekonomian masyarakat, kami mengajukan gagasan tertulis tentang komposit Kitosan-Tembaga(II) sebagai adsorben zat warna dalam limbah batik Sokaraja Banyumas. Adapun pertimbangan kami memilih bahan dasar tersebut yaitu kitosan telah dikonfirmasi memiliki kemampuan adsorpsi terhadap zat warna serta modifikasinya meningkatkan potensi aplikasinya.
Teknik implementasi yang dilakukan dalam program ini pengumpulan bahan, pengambilan sampel limbah batik Sokaraja Banyumas, sintesis kitosan dari kulit udang, mofidikasi kitosan menjadi Kitosan-Tembaga(II) dan pengujian keefektifannya dalam mengadsorpsi zat warna, sosialisasi kepada berbagai industri batik di daerah Sokaraja Banyumas melalui LPPM UNSOED, bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas dalam pembuatan komposit Kitosan-Tembaga(II) serta pembuatan alat dalam skala besar. Prediksi hasil dari gagasan ini adalah memberikan dampak positif terhadap lingkungan di daerah yang tercemar limbah batik dan dapat menjadi pelopor dalam penanganan limbah batik bagi industri batik Sokaraja Banyumas, serta dapat memberi alternatif terbaik dalam menangani permasalahan limbah batik Sokaraja, Banyumas sehingga mengurangi pencemaran lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Adewuyi, S., K. T. Kareem, A. O. Atayese, S. A. Amolegbe, dan C. A. Akinremi. 2011. Chitosan-Cobalt(II) and Nickel(II) Chelates as Antibacterial Agents. International Journal of Biological Macromolecules 48(2): 301-303.
Byrappa, K dan A.K Subramani. 2006, Photocatalytic Degradation of Rhodamine B Dye using Hydrothermally Synthesized ZnO. Bulletin Material Science.29(5):433–438.
Christina, M., Mu’nisatun, R. Saptaaji, dan D. Marjanto. 2007. Studi Pendahuluan Mengenai Degradasi Zat Warna Azo (Metil Orange) dalam Pelarut Air Menggunakan Mesin Berkas Electron 350 keV/10 mA. Jurnal Forum Nuklir 1(1): 31-44.
Hamdaoui, O and M. Chiha, 2006, Removal of Methylene Blue from Aqueous Solutions by wheat Bran, Acta Chim. 54:407-418.
Hargono. 2007. Pembuatan Kitosan dari Kulit Udang Untuk Mengadsorbsi Logam Tembaga (Cu2+). Jurnal Teknik Kimia. Semarang: Universitas Diponegoro.
Indrawati, V. 2005. Pengaruh Aktivator Asam Klorida Terhadap Daya Adsorpsi Bentonit pada Rhodamin B. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.
Li, Q., Y. Zhao, L. Wang, dan W. Aiqin. 2011. Adsorption Characteristics of Methylene Blue onto the N-succinyl-chitosan g-polyacrylamide/attapulgite composite. Korean Journal of Chemical Engineering 28(8): 1658-1664.
Mahmiah. 2005. Pemanfaatan Limbah Kulit Udang Sebagai Bahan Dasar Isolasi Chitin dan Chitosan. Jurnal Perikanan 2 (1): 71-75.
Pangesti, T. P. 2011. Model Pengelolaan Sumberdaya Udang Penaeidae spp di Kabupaten Cilacap Provinsi Jawa Tengah. Tesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Rahayu, S. 2012. Kajian Lingkungan Perairan Kali Nyamplung Akibat Limbah Cair Industri Batik Di Desa Sokaraja Kulon Kecamatan Sokaraja Kabupaten Banyumas.http://www.sma2-purwokerto.sch.id/html/index.php?id=artikel&
kode=28. 26 Februari 2014 (16:45).
Badan Penelitian dan Pengembangan. 2007. Pemanfaatan Arang Aktif Jerami Padi untuk Menurunkan Kadar Zat Warna dan Logam Berat Pada Limbah Tekstil Menggunakan Modifikasi Fotokatalis AASP/TiO2. BALITBANG Provinsi Jawa Tengah. Semarang.
Sistem Informasi Pembangunan Daerah. 2010. Buku Laporan Sistem Informasi Profil Daerah Semester I Tahun 2010. SIPD Kab. Banyumas. Banyumas.
Sugita, P., A. Sjahriza, T. Wukirsari, dan D. Wahyono. 2009. Kitosan: Sumber Biomaterial Masa Depan. Penerbit IPB Press. Bogor.
Widodo, A. 2005. Daya Adsorpsi Monmorilonit Teraktivasi terhadap Rhodamin B.
Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.
Widodo, A., Mardiah, dan Prasetyo, A., (2006). Potensi kitosan dari sisa udang sebagai koagulan logam berat limbah cair industri tekstil. ITS Surabaya
Label:
PKM GT
Artikel Yang Banyang Dicari
-
PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENGOLAHAN LIMBAH BATIK (METILEN BIRU) DENGAN MEMBRAN KOMPOSIT SELUL...
-
SEBELUMNYA tolong SUBSCRIBE Youtube kami Ya Ka USULAN PROGRAM KREATIFITAS MAHASISWA ANALISIS SUHU, PH, KEKERUHAN, WARNA, LOG...
-
Jangan lupa Subscribe Youtube kami ya ka USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA P 2 B 3 Al (Pembuatan Plastik Biode...
-
Jangan Lupa SUBSCRIBE Youtube kami ya Ka PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA DESAIN REAKTOR BERBASIS MYKE (MINYAK B...
-
Jangan lupa SUBSCRIBE Youtube kamu ya Ka PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PEMANFAATAN BIJI KETAPANG (Terminalia cattap...